Sunday, October 08, 2006

Mencari kekayaan.....

p/s : artikel ini ditulis ketika saya menjalani latihan industri di Gebeng. Seorang ikhwah yang sama sama praktikal di Gebeng telah ditanya dengan persoalan "adakah mencari kekayaan termasuk di dalam bertuhankan hawa nafsu" semasa beliau menjalankan ta'alim hariannya. Berikut adalah beberapa hasil perbincangan saya dengannya, dengan merujuk beberapa buku, insyaAllah, moga2 bermanfaat:

Mencari kekayaan atau pun mencari rezeki di bumi Allah tidaklah dianggap sebagai bertuhankan hawa nafsu. Bahkan mencari kekayaaan adalah suatu yang dikehendaki di dalam Islam pada masa kini.

“Tidak ada dosa atas kamu untuk mencari rezeki dari tuhanmu”
(Al Baqarah 2:198)

“…..bekerjalah kamu hai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba hamba Ku yang berterima kasih”
(Saba 34:13)

Bahkan di dalam doa doa Rasulullah saw, baginda banyak meminta utk dijauhi kemiskinan dan mendapat kekayaan.

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu petunjuk, ketaqwaan, kesucian diri dan kekayaan”
(Riwayat oleh Muslim,Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud)

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kemiskinan, kekufuran, kefasikan, perpecahan dan kemunafiqan”
(Riwayat Hakim dan Baihaqi dalam ad Du’a dari Anas)

Rasulullah saw pernah bersabda pada Sa’ad.

“Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bertaqwa, kaya, dan tidak menonjolkan dirinya”
(Riwayat Ahmad, Muslim dari Saad bin Abi Waqqash)

Dan menurut Prof Dr Yusuf Al Qardawi orang yang kaya disertai syukur adalah lebih utama dibandingkan dengan orang miskin yang sabar. Ini disebabkan oleh, amat sedikit orang yang kaya itu bersyukur.
(Al Qardawi, Fiqh Keutamaan)

“…..bekerjalah kamu hai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba hamba Ku yang berterima kasih”
(Saba 34:13)

Adapun demikian, perlu diingatkan semula bahawa sesungguhnya segala amal bergantung pada niatnya.

“Sesungguhnya setiap amal itu dengan niat”
(Riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar)

Mencari kekayaan adalah semata mata untuk mendekatkan diri pada Allah, sebagai tanda ‘ubudiyah padaNya dan dengan kekayaan itu mereka menyeru pada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.

“Maka mengapa tidak ada dari umat umat yang sebelum kamu orang orang
yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orangorang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang
mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orangorang yang berdosa. “
(Hud 11:116)

Andaikata menjadi Perdana Menteri atau Engineer atau apa sahaja, maka tanggungjawab amal makruf nahi mungkar lagi besar buat mereka kerana mereka adalah orang orang yang diberikan keutamaan oleh Allah swt.

Dan amatlah menyeleweng kefahaman orang yang memaksudkan zuhud sebagai menjadi orang yang tidak berusaha, hanya duduk di masjid atau pun hanya berserah rezekinya pada Allah tanpa berbuat sesuatu. Ini dapat dilihat pada ketika Umar ra menghalau seorang lelaki yang hanya duduk di masjid dan Umar memerintahkannya untuk berusaha.
(Sila baca Salah Faham Terhadap Islam, bab zuhud, Al Qardawi)

Tetapi hendaklah dipastikan usahanya mencari kekayaan tidaklah memalingkannya dari mengingati Allah swt dan menjadikannya seorang hamba yang sombong.

“Laki laki yang berniaga dan dalam jual belinya itu tidak melupakan mereka dari mengingati Allah dan menegakkan solat serta mengeluarkan zakat”
(an Nur 24:37)

Oleh kerana itu, orang mukmin dalam pandangan Al Quran bukan berumah tangga di masjid, bukan pula seperti pendeta yang mendiami gereja tetapi orang mukmin ialah manusia yang bekerja.
(Al Qardawi, Halal dan Haram Dalam Islam)

Sesungguhnya orang yang bertuhankan hawa nafsunya adalah apabila harta kekayaan lebih mereka cintai dari Allah,RasulNya dan dari jihad di jalanNya. Kehidupan dunia lebih mereka utamakan dari kehidupan akhirat.

“Katakanlah: "Jika bapak bapak, anak anak, saudara saudara, istri istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang orang fasik.”
(At Taubah 9:24)

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya)”
(An Naziat 79:37-39)


“ Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya
Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna
dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orangorang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka
usahakan di dunia dan sia sialah apa yang telah mereka kerjakan?”
(Hud 11:15-16)

Dari Kaab bin Malik, Rasulullah saw bersabda; “Dua ekor serigala yang lapar, kemudian dilepaskan di tengah kawanan kambing, kerosakan yang ditimbulkannya tidak separah kerosakan yang menimpa keagamaan seseorang akibat ketamakannya dalam mencari kekayaan dan kehormatan.”
(Riwayat Ahmad, Hasan Shahih menurut Tirmidzi)

Hadanallahu Wa Iyyakum Ajma’in. Wallahu a’lam bis Shawab.

No comments: