Kerja dakwah dengan segala ciri-cirinya merupakan sarana utama mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil'alamin. Kesempurnaan Islam dan kemanfaatan Islam bagi hidup ini, hanya akan dirasakan apabila mereka yang berada di dalam Islam memahami Islam secara syamil (sempurna) yang utuh. Ini menuntut syarat lain,iaitu ; adanya sekelompok manusia yang bergerak membimbing dan menyebarkan risalah ini untuk seluruh manusia. "Manusia dakwah" inilah yang akan mengalirkan fikrah dan roh baru kepada kalbu dan akal seluruh manusia seperti mengalirnya air segar yang menghidup suburkan tanah kering kontang.
Namun persoalan ini tidak berhenti sampai disitu. Dakwah yang dilaksanakan tidak hanya terbatas menyebarkan Islam semata-mata, malah ia lebih dari itu. Sejak awal dakwah Islam - sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat - bertujuan membentuk insan kamil yang akan menyebarkan rahmat bagi seluruh manusia. Hasil dakwah akan dilihat apabila tumbuh dan perkembangnya "generasi rabbani" yang akan bersatu dalam shaf "khairu ummah" ; merupakan generasi yang memiliki peribadi, sikap hidup dan tujuan yang berbeza dengan seluruh manusia. Allah berfirman:
"….. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah" (QS. 3:110).
Proses pembentukan generasi ini, mahu tidak mahu, merupakan proses yang panjang. Ia menuntut dan memerlukan kesungguhan kerja dan pengorbanan yang besar. Tidak kurang dua puluh tiga tahun Rasulullah berjuang menegakkan risalah ini sebelum berhasil menumbuhkan generasi rabbani.
Dari sudut yang lain, proses pembentukan generasi Rabbani juga memerlukan pembentukan organisasi dan pengurusan kerja yang sempurna. Sunnatullah menentukan bahawa hasil kerja dengan usaha yang dikerjakan adalah selari. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka". (QS. 13:11).
Proses ini semakin jelas, jika kita meneliti sirah perjuangan Rasul dalam menegakkan dakwah. Rasulullah memulakan tugas sucinya secara diam-diam (rahsia) kemudian dengan perhitungan yang tepat dilancarkan gerakan terbuka. Bukti lain boleh dilihat ketika Rasulullah memerintahkan orang-orang ansar, dalam bai'at 'aqabah kedua supaya memilih dua belas orang naqib. Juga ketika Rasulullah memerintahkan Mush'ab bin Umair sebagai da'i pertama yang beroperasi di Madinah. Padahal saat itu Mush 'ab berusia masih sangat muda. Atau bagaimana Rasulullah mempersiapkan proses hijrah dengan matang. Dimulakan dengan pencarian tempat yang strategik dan sesuai serta penumbuhan Ansar di daerah tersebut. Semuanya jelas tidak lepas dan perencanaan dan pengorganisasian. Ali bin Abi Thalib berkata:
"AI-Haq tanpa penyusunan yang rapi (tanzhim) akan dikalahkan oleh kebatilan yang tersusun rapi (tertanzhim)"
Unsur Dakwah
Kelancaran dakwah bergantung kepada dua hal; orang dan sistem yang diterapkan. Kedua-duanya saling berkait dan saling memberi kesan. Dan kedua-duanya - dalam Islam - dinaungi oleh prinsip Rabbani. Ertinya, orang dan sistem yang menggerakkan dakwah harus berpegang kepada aturan yang telah Allah SWT tetapkan.
Unsur orang (manusia) terdiri dari mad'u dan murabbi. Pada kondisi yang benar keduanya dalam proses interaksi yang aktif menuju pemahaman dan pelaksanaan Islam secara kafah.
Unsur sistem manhaj menentukan arah dan tujuan dakwah, serta metode dan cara pelaksanaan dakwah. Dalam Islam semuanya bermuara pada bagaimana manusia menghambakan diri kepada Allah secara benar. Jika ini telah tercapai, maka misi Islam sebagai rahmatan lil alamin - insya Allah - akan tercapai. Kerana, tidak akan ada output (keluaran) rahmat manakala input yang masuk kedalam dirinya tidak berasal dari Allah SWT. Ertinya, hanya dengan penyerahan total soluruh hidup ke dalam sistem Allah saja yang membuat seseorang meninggi dimensinya tidak hanya terbatas kepada din dan ego semata.
Prinsip Pengurusan
Pada dasarnya, pengurusan hanyalah mengefisienkan yang tengah dilaksanakan. Menghasilkan output yang sesuai dengan usaha yang dikerjakan. Prinsip manajemen terangkum dalam tiga kata: perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan (evaluasi). Dan kesemuanya ini sebenarnya hal yang fitrah ada dalam din manusia yang ingin selalu memperbaiki kualiti kerjanya. Setiap amal yang mampu menghasilkan prestasi, selalu dimulai dengan perencanaan yang matang. Perencanaan yang meliputi iseluruh aspek yang mendukung pekerjaan itu. Samaada aspek orang mahupun sistem. Pelaksanaan memerlukan aturan mainnya sendiri.
Evaluasi adalah proses menilai kembali seluruh amal yang telah dikerjakan. Menarik hikmah dan menyarikan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Yang kesemuanya itu akan dijadikan masukan untuk memulai proses amal yang baru. Tentunya seluruh proses di atas dapat terlaksana semata dengan izin Allah.
Pengurusan Dakwah
Pekerjaan dakwah diumpamakan seperti kilang yang menghasilkan produk manusia-manusia berkualiti ungggul, dunia dan akhirat. Di dalamnya ada bahan
"Berkata Yusuf : "Jadikanlah aku bendaharawan negara Mesir, aku adalah orang yang pandai menjaga dan lagi berpengetahuan (QS. 12:55).
Perancangan
Perancangan dakwah meliputi unsur orang dan sistem. Orang-orang yang terlibat dakwah haruslah menyadari pentingnya perencanaan dalam melaksanakan harakah yang muntijah (bernilai). Allah berfirman:
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya". (QS. 17:36).
Dengan perencanaan yang benar, para muharik dakwah dapat menentukan skala prioriti dalam melaksanakan dakwahnya. Hal-hal yang memang utama dapat dikedepankan dalam penyelesaiannya, sementara yang cabang dapat ditangguhkan atau dialihkan.
Perencanaan sistem, meliputi usaha memahami rambu-rambu dakwah. Dakwah memiliki karakteristik yang berbeda dengan kerja lainnya. Disana diperlukan perjuangan dan pengorbanan.
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS16:125).
Termasuk perancangan dakwah adalah usaha untuk membekali diri dengan iImu dan iman yang menghasilkan taqwa. Seorang muharik dakwah akan berhasil manakala sejak awal terjunnya kedunia dakwah, a membekali dirinya dengan kemesraan berhubungan dengan Allah SWT. Dan sebaik-baik bekal adalah taqwa. (QS.2:197).
Dengan bekal ini seorang muharik dakwah dapat membuat kurikulum ringkas dalam melaksanakan dakwahnya. Kurikulum yang menyangkut marhalah, tingkat interaksi sampai evaluasi terhadap perkembangan dan kemajuan mad'u. Sama ada sudut ruhiyah, fikriyah mahupun amaIiyah.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ada banyak hal yang timbul akibat interaksi nyata dengan dunia realiti. Akan banyak ditemui hambatan, baik yang bersifat internal mahupun eksternal. Hambatan internal berwujud adanya kesulitan pengambilan mad'u baru, penerapan sistem (manhaj) yang tidak sempurna atau tumbuhnya gejala tidak sehat dalam tubuh jamaah yang membuat lesu dan sedikitnya amal yang dikerjakan. Hambatan eksternal timbul dan orang-orang yang memang sejak awalnya telah memiliki rasa dengki dan benci kepada Islam. Allah berfirman:
Demikianlah sifat mereka dalam Taurat, dan sifat-sifat mereka dalam InjiI, iaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tugasnya maka tugas itu menjadi tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya kerana Allah hendak menjengkelkan hati orang orang kaflr dengan kekuatan orang-orang mukmin" (QS. 48:29).
Dalam kondisi nyata inilah dakwah harus berjalan, tumbuh dan menghasilkan. Untuk itu beberapa prinsip dasar dakwah harus benar-benar dilaksanakan pada tahap ini:
Prinsip amal jama'i dan harakah yang manhaji (gerak yang teratur). Sejak awalnya, RasuluIlah mencontohkan bahwa kekuatan dakwah selain dari keunggulan minhaj Islam itu sendiri - selalu bertumpu pada amal yang terkoordinasi dalam sebuah jamaah dakwah. Kerja dakwah infiradi (sendin-sendiri) sulit diharapkan mampu menghasilkan generasi Rabbani. Hal ini disebabkan penghalang-penghalang dakwah dalam menghadapi dakwah (Islam) selalu bersatu dalam koordinasi yang rapi dan didukung berbagai unsur kekuatan. Di pihak lain, masalah masalah yang akan dihadapi dakwah meliputi seluruh bidang kehidupan, yang menuntut pemecahan bersifat multi disiplin ilmu dan pengalaman. Dan ini hanya terwujud dalam jamaah.
Prinsip harakah yang manhaji menuntut setiap orang yang terlibat dalam dakwah memahami hakikat, sasaran dan tujuan dakwah. Dakwah Islam berbeza dengan seluruh amal lain, semata-mata ditujukan untuk Allah SWT. Tidak ada unsur figuriti, kelompok atau ashabiyah yang lain. Allah berfirman:
Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia:
Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyernbah Allah. Akan tetapi (Dia berkata): Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya". (QS.3:79).
Dengan menyadari hakekat ini, insya Allah dakwah akan selalu ada pada jalur yang benar. Namun jika dakwah melaju menuju arah yang salah, akan timbul masalah-masalah yang malah menyusahkan dakwah itu sendiri.
Evaluasi
Tahap ini memerlukan kearifan para muharrik dakwah untuk menilai - dengan jujur - sampai dimana langkah dakwah sekarang ini, apa sahaja fenomena yang timbul, yang mengganggu dan menggembirakan dakwah. Kadang kesibukan dalam arena dakwah menyebabkan banyak muharrik lalai menjalankan proses ini. Padahal, hikmah Allah baru muncul manakala kita mahu kembali menengok kebelakang dan menyedari dengan segala kerendahan din dihadapan Allah akan kesalahan yang telan diperbuat. Forum-forum muhasabah harus selalu dihidupkan. Kritik dan saran yang memang keluar dari hati nurani harus mendapatkan perhatian yang serius. Bukan jamaah yang sihat jika ruang untuk saranan ditutup rapat-rapat. Kerana itu semua dilakukan semata untuk kebaikan dakwah. Abu Hurairah pernah meriwayatkan: "Tidak aku lihat orang yang lebih suka bermusyawarah dengan sahabatnya lebih dari yang Rasulullah kerjakan".
Akhirnya, semuanya kembali kepada Pemilik Dakwah dan Penguasa Alam Semesta akankah dakwah ini memberikan hasilnya ketika kita masih tegar berdiri ataukah ketika kita tengah menanti dalam penantian yang panjang. Allahu A'lam bishawab.
Wednesday, November 01, 2006
Pengurusan Dakwah
Keadaan sistem pengetahuan Islam dewasa ini semakin kritis. Pemikiran dan perencanaan mereka hampir tidak berdaya menghadapi lingkungan dan tuntutan baru. Sedangkan keadaan pemikiran para aktivis pula seakan lumpuh bila dituntut untuk mengemukakan teori baru yang sesuai dengan tuntutan yang akan dicapai. Padahal semua itu memerlukan perencanaan, organisasi dan pengurusan yang tinggi". (Sa'id Hawa, Durus Fil 'Amal Al-Islami)
Labels:
Dakwah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Untuk membentuk generasi Rabbani (generasi yang memper-Tuhan-kan Allah SWT) dibutuhkan kesediaan para istri (muslimah) untuk melakukan gerakan "kembali ke rumah", untuk mendidik putra-putri mereka, dan menjadi ibu bagi mereka. Untuk sharing silahkan klik http://sosiologidakwah.blogspot.com
Post a Comment