“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar,” (QS Asy-Syuura: 30)
Dalam menjelaskan ayat di atas, Al Allamah ar-Raghib al-Asfahani berkata:
Allah menurunkan fitnah dan musibah kepada hambanya berupa azab, musibah, korban jiwa dan kerusakan alam karena ada hikmah yang Allah titipkan kepada hamba-Nya. Yang terpenting, bagaimana seorang hamba menarik pelajaran berharga dari setiap peristiwa. Tapi manusia sering hanyut dengan kesedihan tanpa merasakan sentuhan rabbani dan pelajaran berharga dari musibah yang ia alami. Mereka pun akhirnya lalai dari bertaubat dan mengambil pelajaran.
Ujian merupakan sunnatullah dalam kehidupan. Ia merupakan hukum Allah yang tak bisa dibantah.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS Al-Ankabut :2)
Di ayat lain, Allah Ta’ala menjelaskan bentuk-bentuk musibah tersebut.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS al-Baqarah: 155).
Allah menyebutkan dengan ungkapan “sedikit ketakutan dan kelaparan”. Maknanya, manusia lemah dan tak berdaya di hadapan kekuasaan dan keperkasaan-Nya di dunia berupa ujian, cobaan dan bencana. Tapi jika dibandingkan dengan Hari Kiamat yang akan terjadi, yang sering dilupakan manusia, itu tidaklah seberapa. Pedihnya siksa Allah pada Hari Kiamat nanti akan dihadapi orang-orang kafir dan orang-orang fasik. Semua itu tak terbayangkan hakikatnya, walaupun terbayangkan wujudnya.
“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan menjadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya,” (QS Al-Infithaar: 1-6).
Ibnu Qayyim berkata:
“Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusanNya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia dibawah sinar matahari. Dan ini pun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini.”
Pelajaran
1. Sabar sebgai konsekuensi menghadapi kesulitan dan kesusahan.
Allah berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira pada orang-orang yang sabar,(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun (Sesungguhnya semua berasal dr Allah dan akan kembali kpd_NYa). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.Al-Baqarah:155-157)
2. Menghapuskan dosa dan kesalahan.
Allah berfirman:
“Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
(QS.Asy-Syura:30)
Dari Sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id radiallahuanhu : Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah gulanaan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari)
3. Dicatat sebagai kebaikan dan derajat ditinggikan.
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu,melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya” (HR.Muslim)
4. Jalan menuju syurga. Dari Abu Hurairah,Rasulullah SAW bersabda:
“Syurga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan Neraka itu dikelilingi dengan berbagai macam syahwat.” (HR. Bukhari – Muslim)
Allah berfirman dalam sebuah hadist qudsi:
“Tidaklah ada suatu balasan (yang lebih pantas di sisiKu bagi hambaKu yang beriman, jika Aku telah mencabut nyawa kesayangannya dari penduduk dunia kemudian dia bersabar atas kehilangan orang kesayanagnnya itu, melainkan Surga.” (HR. Bukhari)
5. Membawa keselamatan dari api neraka
“Janganlah kamu mencacimaki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi” (HR. Muslim)
6. Mengembalikan hamba kepada Rabb-nya dan mengingat kelalaiannya.
Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya KAmi telah mengutus Rasul-Rasul kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami timpa mereka dengan kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk dan merendahkan diri.” (QS.Al-An’am : 42)
7. Mengingat nikmat Allah yang lalu dan yang ada.
Seorang penyair berkata:
"Seseorang tidak mengenali tanda-tanda sehat selagi dia belum tertimpa sakit."
8. Mengingat keadaan saudara-saudaramu yang ditimpa musibah. Maka diantara hikmah Allah, Dia menimpakan cobaan berupa penyakit dan penderitaan kepada orang mukmin pada waktu-waktu tertentu, agar dia mengingat saudara-saudaranya yang ditimpa kesulitan, sehingga tergugah untuk membantunya.
9. Mensucikan hati.
Ibnu Qayyim radiallahuanhu berkata:
“Hati dan ruh bisa mengambil manfaat dari penderitaan dan penyakit yang merupakan urusan yang tidak bisa dirasakan kecuali jika di dalamnya ada kehidupan. Kebersihan hati dan ruh tergantung kepada penderitaan badan dan kesulitannya.” (Tuhfatul Mariidh hal 25)
10. Cobaan dan ujian merupakan nikmat. Karena hikmah dari berbagai cobaan,orang – orang shalih justru gembira sekiranya mendapat cobaan spt telah mendapat kesenangan. RAsullullah SAW menyebutkan bahwa para Nabi telah ditimpa cobaan berupa penyakit, kemiskinan dan yang lainnya kemudian beliau bersabda:
“…Dan sesungguhnya salah seorang diantara mereka benar-benar merasa gembira karena mendapat cobaan, sebagaimana salah seorang merasa gembira karena telah mendapatkan kelapangan.” (HR. Ibnu Majah)
11. Menambah semangat da’i untuk berdakwah
”Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS Al Anfal: 25)
Sikap Mukmin menghadapi musibah
1. Meyakini bahwa semua musibah datangnya dari Allah
Prinsip ini harus kita pegang, agar kita tetap istiqomah
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS Al Hadid: 22)
2. Menyadari kesalahan kita bila musibah itu datang karena dosa kita.
Ini adab kita di hadapan Allah, sekalipun semua musibah dari Allah, agar kita tidak menyalahkan Allah tetapi menyalahkan diri sendiri.
Keduanya berkata, ”Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS Al A’rof: 23)
Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi mereka lah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS Hud: 101)
3. Mengatakan dari Allah bila cobaan datang berupa kebaikan
Prinsip ini harus kita pegang, agar kita tidak sombong sekalipun kita yang berbuat, karena mustahil kita memperoleh kebaikan tanpa kehendak dari Allah.
”Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah lah yang membunuh mereka, dan bukanlah kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allahlah yang melempar. (QS Al Anfal: 17)
4. Berfikir, mengapa musibah tiba?
Karena dengan berfikir demikian kita menjadi orang yang selalu ingat dan takut kepada Allah.
Katakanlah, ”Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu. (QS Al An’am: 11)
5. Berlindung kepada Allah dari kejahatan musibah
Mengapa demikian? Karena kita tidak mampu menolak musibah, musibah pasti ada, tetapi kita berlindung kepada Allah dari kejelekan akibat musibah. Adapun dalilnya surat Al Falaq, An Nas dan surat lainnya.
6. Bertawakal kepada Allah
Bertawakal maksudnya menjadikan Allah sebagai penolong kita dari semua urusan.
Katakanlah, ”Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. (QS At Taubah: 31)
7. Bersabar atas ujian Allah
Bila kita mendapatkan ujian berupa kesengsaraan, hendaknya bersabar dan meningkatkan harapan kita kepada Allah. Tetapi bila ujian itu berupa kesenangan, hendaknya kita bersyukur dan meningkatkan takut kepada Allah, agar kita tetap waspada dan istiqomah.
Shuheb berkata, ”Rasulullah bersabda, sangat menakjubkan perkara orang mukmin, semua perkaranya baik. Tidaklah dimilikinya sifat ini melainkan oleh orang mukminin, jika dia ditimpa kesenangan dia bersyukur, maka itu baik bagi ia, dan bila ditimpa kesengsaraaan dia bersabar, maka itu baik bagi dia. (HR Muslim:5318)
8. Berbaik sangka kepada Allah
Tidaklah Allah menguji orang mukmin melainkan karena Dia menyenanginya dan karena untuk kebaikan mereka di dunia dan di akhirat.
Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya besarnya pahala diukur dengan besarnya ujian, dan bila Allah suka kepada kaum, maka mereka diuji. Jika mereka ridho maka Allah ridho dan bila dia marah, Allah pun akan marah kepadanya. (HR. Tirmidzi 2320 dishohihkan oleh Al Albani, Lihat silsilah As Shahihah: 146)
9. Tidak putus asa tapi berharap rahmat-Nya
Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS. Yusuf: 67)
Syaikh Abdur Rahman bin Hasan berkata, ”Berharap pengampunan dari Allah tapi tetap berbuat jahat dan tidak mau taat, ini adalah penipuan setan agar manusia takut tetapi tidak mau berusaha untuk menyelamtkan dirinya dari siksaan. Berbeda dengan orang mukmin, mereka berupaya untuk mengamalkan amalan shalih karena takut siksaan Allah dan karena berharap maghfiroh dan rahmatNya. (Kitab Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid 2/598)
Wallahua'lam.
No comments:
Post a Comment