Monday, October 30, 2006

Tarbiyyah Dzatiyyah (Kupasan Buku)


Bedah Buku: Tarbiyah Dzatiyah

Definisi Tarbiyah Dzatiyah

Suatu kumpulan cara cara atau jalan jalan tarbiyah (pembinaan) yang diberikan oleh orang Islam kepada dirinya untuk membentuk peribadi Islami yang sempurna di seluruh aspek ilmiah, iman , akhlak, social dan sebagainya. Dan juga menaikkan tingkatan kesempurnaan sebagai seorang manusia. Boleh disimpulkan sebagai tarbiyyah seseorang terhadap diri sendiri dengan dirinya sendiri.

Kepentingan Tarbiyyah Dzatiyyah

-Menjaga diri sendiri mesti didahulukan drpd menjaga orang lain.
-Tarbiyyah diri sendiri adalah faktor utama perubahan (islah) dalam diri.
-Hisab kelak bersifat individual.
-Cara untuk istiqamah dan tsabat dalam perjuangan.
-Method dakwah yang paling efektif
-Cara yang benar dan betul dalam memperbaiki realiti yang ada.

Kenapa ramai tidak mempedulikannya?

-Sangat kurangnya ilmu
-Matlamat dan tujuan yang tidak jelas.
-Pemahaman yang salah tentang tarbiyyah
-Asas tarbiyah yang kurang
-Kurang merasakan tanggungjawab atau peranan sebagai murabbi.
-Panjang angan angan.

Cara cara untuk Tarbiyyah Dzatiyyah

-Muhasabah
-Taubat dari segala dosa
-Mencari ilmu dan meluaskan wawasan
-Mengerjakan amalan amalan iman
-Memperhatikan aspek akhlak (moral)
-Merasakan kewajiban dakwah- komitmen dgn kerja kerja dakwah
-Mujahadah
-Berdoa dengan jujur kepada Allah swt

Hasil dari Tarbiyyah Dzatiyyah

-Mendapat keredhaan Allah dan syurgaNya
-Kebahagian dan ketenteraman.
-Dicintai dan diterima Allah
-Terpelihara dari keburukan dan hal2 yang tidak sepatutnya
-Keberkatan waktu dan harta
-Sabar dgn penderitaan dalam semua keadaan
-Jiwa tenang dan aman.

Friday, October 20, 2006

Bingkai Kehidupan


Bingkai Kehidupan
Album : Tak Kenal Henti !!!
Munsyid : Shoutul Harokah
http://liriknasyid.com


(Intro. Drum)
Ha hahaha hahaha hahaha
Haaa hahahaaa hahahaha hahahaha

Mengarungi samudra kehidupan,
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan,
Tiada masa tuk berpangku tangan

Setiap tetes peluh dan darah,
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan ﷲﺍ,
Kan menjadi saksi pengorbanan

Allohu ghoyatuna
Ar Rosulu qudwatuna
Al Qur'anu dusturuna
Al Jihadu sabiluna
Al Mautu fi sabilillah, asma amanina

ﷲﺍ adalah tujuan kami,
Rasulullah teladan kami
Alqur?an pedoman hidup kami,
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan ﷲﺍ adalah,
Cita-cita kami tertinggi

Mengarungi samudra kehidupan,
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan,
Tiada masa tuk berpangku tangan

Setiap tetes peluh dan darah,
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan ﷲﺍ,
Kan menjadi saksi pengorbanan

Allohu ghoyatuna
Ar Rosulu qudwatuna
Al Qur?anu dusturuna
Al Jihadu sabiluna
AlMautu fi sabilillah, asma amanina

ﷲﺍ adalah tujuan kami,
Rasulullah teladan kami
Alqur?an pedoman hidup kami,
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan ﷲﺍ adalah,
Cita-cita kami tertinggi
Cita-cita kami tertinggi

Menyucikan Jiwa Melalui Solat

Shalat, kata Sa'id Hawwa, adalah sarana terbesar dalam tazkiyatun nafs (menyucikan jiwa). Pada waktu yang sama merupakan bukti dan ukuran dalam tazkiyah. Shalat adalah sarana dan sekaligus tujuan. Ia mempertajam makna ubudiyah, tauhid, dan syukur.

Shalat adalah zikir, gerakan berdiri, ruku, sujud, dan duduk. Penegakannya dapat memusnahkan bibit-bibit kesombongan dan pembangkangan kepada Allah, di samping merupakan pengakuan terhadap rubbubiyah dan hak pengaturan. Penegakannya secara sempurna juga akan dapat memusnahkan bibit-bibit ujub dan ghurur, bahkan semua bentuk kemungkaran dan kekejian. "Sesungguhnya shalat dapat mencegah kekejian dan kemungkaran." (Al-Ankabut 29).

Shalat akan berfungsi sedemikian rupa apabila ditegakkan dengan semua rukun, syarat, dan sunahnya. Secara lahir, kita menunaikannya secara sempurna dengan anggota badan. Secara batin, kita khusyuk dalam melaksanakannya.

Khusyuk itulah yang menjadikan shalat punya peran yang lebih besar dalam thahhir (penyucian), peran yang lebih besar dalam tahaqquq dan takhalluq (merealisasikan nilai-nilai dan sifat-sifat yang mulia). Tazkiyatin nafs berkisar seputar hal ini.

Amalan shalat yang bersifat lahiriah, kita melihat, masih dilaksanakan dengan baik oleh orang Muslim yang hidup di lingkungan Islam. Tetapi, apakah kita khusyuk melaksanakannya, masih menjadi tanda tanya besar. Nabi saw. bersabda, "Ilmu yang pertama kali diangkat dari muka bumi adalah kekhusyukan." (HR Thabrani). Padahal, khusyuk merupakan tanda pertama orang-orang beruntung (Al-Mu'minun 1-2). Orang-orang khusyuk adalah orang-orang yang berhak mendapat kabar gembira dari Allah SWT. (Al-Hajj:34-35).

Demikian pentingnya kedudukan khusyuk, hingga ketidakberadaannya berarti rusaknya hati dan keadaan. Baik dan rusaknya hati tergantung kepada ada dan tidaknya khusyuk ini. Sesungguhnya khusyuk merupakan manifestasi tertinggi dari sehatnya hati.

Jika khusyuk telah sirna berarti hati telah rusak. Bila khusyuk tidak ada berarti hati telah didominasi berbagai penyakit yang berbahaya dan keadaan yang buruk, seperti cinta dunia dan persaingan untuk mendapatkannya. Bila hati telah didominasi berbagai penyakit, maka kecenderungan kepada akhirat akan hilang. Bila hati telah sakit maka sumber-smber kebaikan bagi kaum Muslimin pun hilang. Cinta dunia menimbulkan persaingan untuk mendapatkannya, sedangkan persaingan terhadap dunia tidak layak menjadi landasan tegaknya urusan dunia dan agama.

Hilangnya khusyuk pertanda hilangnya kehidupan. Dia sulit menjadi penerima nasihat dan didominasi oleh hawa nafsu. Bayangkan, tatkala hawa nafsu mendominasi hati, segala nasihat dan peringatan tak lagi bermanfaat, maka berbagai syahwat pun merajalela. Dan terjadilah perebutan kedudukan, kekuasaan, harta, dan nafsu syahwat. Bila hal-hal ini mendominasi kehidupan, maka tidak akan terwujud kebaikan dunia maupun agama.

Khusyuk adalah ilmu sebagaimana ditegaskan hadis Nabi Saw. Ilmu ini tidak banyak yang mengetahuinya. Bila Anda telah menemukan orang khusyuk yang bisa mengantarkan Anda kepadanya. maka berpegang teguhlah kepadanya. Orang berilmu itulah tanda ulama akhirat.

Sesungguhnya ilmu khusyuk berkaitan dengan ilmu penyucian hati dari berbagai penyakit dan upaya merealisasikan kesehatan. Masalah ini merupakan tema yang amat luas sehingga para ulama akhirat memulainya dengan mengajarkan zikir dan hikmah kepada orang yang berjalan menuju Allah sampai hatinya hidup. Bila hati telah hidup berarti mereka telah membersihkan dari berbagai sifat yang tercela dan mengantarkannya kepada sifat-sifat terpuji. Di sinilah perlunya membiasakan hati khusyuk melalui kehadiran bersama Allah dan merenungkan berbagai nilai kehidupan.

Resepi Al-Ghazali
Khusyuk dalam shalat merupakan ukuran dan tanda kekhusyukan hati. Bagaimana khusyuk dihadirkan? Al-Ghazali menawarkan resep berikut. Lahiriah perintah, kata Al-Ghazali, adalah wajib, sedangkan lalai adalah lawan ingat. Yang lalai dalam semua shalatnya, bagaimana mungkin dia bisa mendirikan shalat untuk mengingat-Nya?

Kehadiran hati adalah ruh shalat. Minimum saat mulai takbiratul ihram. Kurang dari ini adalah kebinasaan. Semakin bertambah kehadiran hati, semakin bertambah pula ruh tersebut ada dalam bagian-bagian shalat. Berapa banyak orang hidup tapi tidak punya daya gerak hingga seperti mayit. Demikian pula orang yang lalai dalam seluruh pelaksanan shalat kecuali pada waktu takbiratul ihram. Seperti orang hidup yang tidak punya daya gerak sama sekali.

Ketahuilah, kata Al-Ghazali, makna batin memiliki banyak ungkapan tetapi seluruhnya terangkum dalam enam kalimat. Yaitu: kehadiran hati, tafahhum, takzim, haibah, raja'da haya'. Kehadiran hati ialah mengosongkan hati dari hal-hal yang tidak perlu hingga dia senantiasa sadar, tidak berpikiran liar. Tafahhum adalah paham terhadap makna. Takzim itu rasa hormat. Haibah adalah rasa takut yang bersumber dari rasa hormat. Raja' adalah pengharapan dan haya adalah rasa malu.

Faktor penyebab kehadiran hati adalah himmah atau perhatian utama. Tafahhum berasal dari kebiasan berpikir untuk mengetahui makna. Takzim lahir dari dua makrifat (terhadap kemuliaan dan keagungan Allah dan terhadap kehinaan dan kefanaan dirinya). Haibah datang dari makrifat akan kekuasaan Allah, hukuman-Nya, pengaruh kehendak-Nya. Penyebab timbulnya raja' adalah kelembutan Allah, kedermawanan-Nya, keluasaan nikmat-Nya, keindahan ciptaan-Nya, dan pengetahuan akan kebenaran janji-Nya. Sedang haya' muncul melalui perasaan serbakurang sempurna dalam beribadah dan pengetahuannya akan ketidakmampuan menunaikan hak-hak Allah.

Berdasarkan itu, manusia terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, orang lalai yang mendirikan shalat, tetapi hatinya tidak hadir sama sekali. Orang yang mendirikan shalat dengan hati tak pernah lalai sama sekali. Ketiga orang lalai yang tidak mendirikan shalat.

Yang terbaik adalah tipe kedua. Dia tidak pernah lalai dalam shalat dan selalu menghidupkan hatinya. Dia bisa sangat konsentrasi sehingga tidak merasakan apa yang tengah terjadi di sekelilingnya. Bahkan sebagian orang wajahnya pucat dan dadanya berguncang karena takut. Ini tak mustahil dicapai manusia. Apalagi banyak orang mengalami hal serupa karena takut pada raja dunia.

Jika kita termasuk orang yang menginginkan akhirat, hendaknya tidak melalaikan berbagai peringatan yang terdapat dalam syarat-syarat dan rukun-rukun shalat. Syarat-syarat yang mendahului shalat adalah azan, bersuci, menutup aurat, menghadap kiblat, berdiri tegak lurus dan niat.

Ketika mendengar seruan muazin hadirkanlah dalam hati gambaran dahsyatnya seruan hari kiamat dan bersegeralah dengan lahir dan batin untuk segera memenuhinya. Orang-orang yang bersegera memenuhi seruan ini adalah orang-orang yang dipangil dengan penuh lemah lembut pada hari 'pergelaran akbar'. Arahkan hati kepada seruan ini. ''Jika kita bisa mendapatinya dengan penuh kegembiraan, kesenangan, selalu berkeinginan untuk memulainya, maka ketahuilah rasa khusyuk akan datang kepadamu,'' kata Said Hawwa dalam buku Tazkiyatun Nafs. (Menyucikan Jiwa).

Thursday, October 19, 2006

Dia dan airmata.....

Aku baru sahaja melelapkan mata selepas menunaikan solat maghrib tadi. Kalau nak diikutkan, tak elok tidur lepas berbuka puasa, al maklumlah perut masih penuh. Tetapi, entah kenapa sejak akhir akhir ini, selalu terkena migrain. Memang tak larat untuk bangun dan membuka mata. Sedang nyenyak aku melayari peniduranku, tiba tiba sayup sayup aku terdengar sedu sedan seseorang. Aku menggagahkan diri untuk membuka mata.

"Owh, isteri aku rupanya" getus hatiku.

"Kenapa sayang?" aku terkedu melihat matanya yang kemerah merahan. Puas dia menyeka air mata yang turun ke pipi, tetapi tidak mampu menahannya. Aku menjadi tidak keruan. Kutanya sekali lagi.

"Kenapa sayang? Kenapa menangis nie?" tanyaku dengan suara yang lemah, dan tanganku memicit micit dahiku yang terasa sakit, tak kebah lagi migrainku rupanya.

"Takde pape la bang, mata kita masuk habuk." ujar isteriku yang membahasakan "kita" sebagai kata ganti dirinya. Isteriku ini memang perahsia orangnya. Suka menangis dan tersenyum sendiri. Bila ditanya kenapa, begitulah jawapan skemanya. "Takde pape".

"Betul ke takde pape? lain macam je abang tengok"

"Betul, takde pape. Mata kita masuk habuk tadi. Abang dah sihat? Nak kita picitkan?"

"Takpe lah, abang tidur sikit lagi, nanti baiklah. Aisyah dah tidur sayang?" tanyaku walaupun terlihat sendiri anak perempuan sulungku ini sudah pun melelapkan mata.

"Alhamdulillah, baru tadi dia tidur. Takpe la bang, abang tidur balik.Nanti cepat sembuh. Malam ini abang nak iktikaf kan?" memang benar kata isteriku, malam ini dah termasuk antara 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Aku tak mahu melepaskan peluang untuk menambahkan pahala mengikuti sunnah Rasulullah ini. Ya Allah, semoga aku menemui Lailatul QadarMu.

Aku pun tidak mengambil masa yang lama untuk kembali pada pelayaran tidurku. Berat benar rasa kepala ini. Berdenyut denyut tidak henti. Ya Allah, moga moga ini adalah kafarah dosaku padaMu ya Allah. Ampuni aku ya Allah. Astaghfirullahal 'azhim. Tiba tiba terdengar betul betul di tepi telingaku sedu sedan yang bertalu talu hadirnya. Kepala ku bertambah sakit. Orang migrain nie, kalau bunyi jarum peniti jatuh dalam perpustakaan pun akan menambahkan derita di kepalanya.

"Aduss, apa lagi nie sayang?" bentakku. Aku bingkas bangun dari pembaringan dan melepaskan pelukannya dari diriku.

"Abang kan sakit kepala, jangan la buat abang macam nie. Sayang kenapa menangis lagi nie. Cuba bagitahu abang. Boleh abang cuba selesaikan, ini tidak, menangis je." Air matanya kian deras mengalir. Mungkin bentakanku sebentar tadi mengejutkan dia.

"Maafkan kita bang, kita tak berniat nak menganggu tidur abang. Maafkan kita...." kata katanya tersekat sekat menahan sebak di dada. Aku melihat jam di dinding, nyatanya isya' dah masuk. Aku lantas mengambil kunci kereta, meninggalkannya dengan sedu sedan tangisannya. Sedang aku mahu membuka pintu rumah, terdetik rasa bersalah di hatiku. Aku terfikir apakah besar benar salahnya sehingga aku sanggup membuatnya begitu. Ku kembali menemuinya, untuk memohon maaf dan memujuknya.

"Maafkan abang sayang, abang teremosi sikit. Abang sakit kepala sangat tadi. Maafkan abang ye...?" ujarku sambil mengecup dahinya, kebiasaanku sebelum pergi menunaikan solat.

"Takpe la bang. Kita faham, lagipun kita yang bersalah ganggu abang tidur." ujarnya sambil mengambil tanganku, dikucupnya seperti selalu. Syahdunya diriku ini, bagaimana tergamak aku meninggikan suara pada dirinya. Aku tersenyum padanya, dan sambil dia menyeka air matanya, dia membalas senyumanku. Mulianya dirimu wahai isteriku. Semoga Allah menempatkanmu di syurga di akhirat nanti.

Aku melangkah menuju ke tempat pembaringan anakku, Aisyah Al Humaira. Ku lihat dia sedang lena di buai mimpi. Terkadang terlihat senyuman terukir di wajah comelnya. Mimpi indah rupanya. Ku kecup dahinya. Semoga engkau menjadi wanita solehah dan mulia wahai anakku, semulia Ummahatul Mukminin Aisyah Al Humaira r.a.

"Abang, cepat, nanti tak sempat pula solat Isya' berjemaah. Abang balik rumah tak nanti? Ke abang terus pergi iktikaf?"

"Abang terus iktikaf rasanya. Ikhwah semua dah ada. Kami nak bertadarus malam nie, lepas tue ada bacaan tafsir zhilal sedikit. Ok la, nanti terlambat pula. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam"

Sesudah selesai menunaikan solat fardhu Isya' berjemaah, aku mengambil handsetku dan melihat ada satu message dihantar padaku. Dengan segera aku menekan butang untuk membacanya. Tertulis di folder sender tertera perkataan "sayang".

"Isteriku rupanya. Apa yang dia nak agaknya?" getus hatiku.

Perlahan lahan aku membaca messagenya. Aku kaget dan tersentak. Ya Allah, apa yang telah aku lakukan.

"Abang, maafkan kita sebab ganggu abang tidur. Kita tau abang memang jarang balik ke rumah, kita faham, abang ada tanggungjawab lain. Kita tau abang balik umah untuk berehat, tue la kenapa kita meluahkan masalah kita, meluahkan perasaan kita masa abang tidur. Tak sangka abang terganggu. Alhamdulillah, sekarang dah release sikit. Mekasih abang :)"

Ya Allah, kenapa la aku suka sangat melenting tak tentu pasal. Maafkan abang sayang, abang tak tau sayang ada masalah. Mungkin kerana abang sudah mula menjauhkan diri dari AL Quran maka hati abang tidak sensitif untuk merasakan permasalahanmu. Ampuni aku Ya Allah, hidupkanlah hatiku dengan Al Quran ya Allah, moga moga hati ini tidak memberi beban pada insan yang sangat kucintai ini. Maka malam itu berlalu dengan rasa bersalah terus membaluti perasaanku. Dan sehingga kini aku terus tertanya tanya apakah gerangannya yang dia bicarakan, apakah yang ingin dia katakan padaku, adakah dia takut luahan hatinya akan mengguris perasaanku, lantas dia hanya mampu untuk berbicara denganku ketika aku tidur. Apakah gerangannya sayang?

Sayang, kunukilkan lagu ini untukmu.......

Biar Bulan Bicara (Broery Marantika)

Bulan sabit

Yang jatuh dipelantaran
Bintang redup
Tanpa cahaya gemintang
Langkah tanpa arah
Sesat di jalan yang terang
Aku yang terlena dibuai pelukan dosa

Chorus:
Ingin pulang membalut luka hatimu
Ku pun tahu betapa pedih batinmu
Beri kesempatan atau jatuhkan hukuman
Andai maaf pun tak kau berikan

Air mata tulus jatuh di sudut bibir mu
Tak terlintas dendam di bening madah indah mu
Aku yang merasa sangat berdosa pada mu
Masih pantaskah mendampingi mu

Biar lah bulan bicara sendiri
Biarlah bintang kan menjadi saksi
Tak kan ku ulangi walau sampai akhir nanti
Cukup derita sampai di sini

Wednesday, October 18, 2006

10 ciri isteri solehah

Mari hayati pesanan isteri ‘Auf bin Muhlim Ashaibani kepada puterinya ketika hendak bernikah dengan al Haris bin Amr, raja negeri Kandah. Sewaktu utusan diraja hendak membawa pengantin untuk disampaikan kepada raja, ibunya berwasiat kepada anak perempuannya:

“Wahai anakku! Kalaulah wasiat ini untuk kesempurnaan adabmu, aku percaya kau telah mewarisi segala-galanya, tetapi ia sebagai peringatan untuk yang lalai dan pedoman kepada yang berakal.

Andai kata wanita tidak memerlukan suami kerana berasa cukup dengan kedua ibu bapanya, tentu ibumu adalah orang yang paling berasa cukup tanpa suami. Tetapi wanita diciptakan untuk lelaki dan lelaki diciptakan untuk mereka.

Wahai puteriku, Sesungguhnya engkau akan meninggalkan rumah tempat kamu dilahirkan dan kehidupan yang telah membesarkanmu untuk berpindah kepada seorang lelaki yang belum kamu kenal dan teman hidup yang baru. Kerana itu, jadilah 'budak' wanita baginya, tentu dia juga akan menjadi 'budak' bagimu serta menjadi pendampingmu yang setia.

Peliharalah sepuluh sifat ini terhadapnya, tentu ia akan menjadi perbendaharaan yang baik untukmu.

Pertama dan kedua, berkhidmat dengan rasa puas serta taat dengan baik kepadanya.

Ketiga dan keempat, memerhatikan tempat pandangan matanya dan bau yang diciumnya. Jangan sampai matanya memandang yang buruk daripadamu dan jangan sampai dia mencium kecuali yang harum daripadamu.

Kelima dan keenam, memerhatikan waktu tidur dan waktu makannya, kerana lapar yang berlarutan dan tidur yang terganggu dapat menimbulkan rasa marah.

Ketujuh dan kelapan, menjaga hartanya dan memelihara kehormatan serta keluarganya. Perkara pokok dalam masalah harta adalah membuat anggaran dan perkara pokok dalam keluarga adalah pengurusan yang baik.

Kesembilan dan kesepuluh, jangan membangkang perintahnya dan jangan membuka rahsianya. Apabila kamu tidak mentaati perintahnya, bererti kamu melukai hatinya. Apabila kamu membuka rahsianya kamu tidak akan aman daripada pengkhianatannya.

Kemudian janganlah kamu bergembira di hadapannya ketika dia bersedih atau bersedih di hadapannya ketika dia bergembira. Jadilah kamu orang yang sangat menghormatinya, tentu dia akan sangat memuliakanmu.

Jadilah kamu orang yang selalu sepakat dengannya, tentu dia akan sangat belas kasihan dan sayang kepadamu.

Ketahuilah, sesungguhnya kamu tidak akan dapat apa yang kamu inginkan sehingga kamu mendahulukan keredaannya daripada keredaanmu, dan mendahulukan kesenangannya daripada kesenanganmu, baik dalam hal yang kamu sukai atau yang kamu benci dan Allah akan memberkatimu.”

Nasihat di atas seharusnya diterima dengan beberapa asas penting:

  • Suami yang dicari adalah suami yang beriman lagi taat kepada perintah Allah.
  • Ketaatan kepada suami adalah wajib dengan syarat beliau tidak melakukan perkara yang bertentangan dengan syariat Allah.
  • Begitulah hukum Allah, di sana sentiasa ada ‘dua bahagian muka syiling’. Kalau diperhati setiap nasihat di atas, perbuatan kita yang positif akan menghasilkan reaksi dan tindak balas positif juga dengan izin Allah.

Saya sering mengingatkan diri sendiri dan semua bahawa kitai dari muda hingga sekarang dan masih sangat mempercayai bahawa: "Kita hanya boleh mengubah diri sendiri. Percayalah apabila kita berubah, persekitaran dan orang di sekeliling juga akan berubah secara positif.

Ku Telah Jatuh Cinta

Kalau goresan takdir itu sudah menyapa
kemana lagi bisa berlari darinya...

Saat Allah menganugerahkan nikmat ini, cuma berjuta syukur yang bisa diucap. Kerana sekarang...hanya kerana nikmat yang diberikan itulah jalan mendaki terasa senang. Onak berduri masih bisa disambut senyuman.

Cinta itu adalah Pleasure to give. Apa ya...? Jatuh cinta pada jalan da'wah ini benar-benar terasa luar biasa. Segala hal yang bisa membuat menangis, masih saja terasa manis. Tidak ada duka selagi semua itu disandarkan pada sebuah keyakinan, akan ada misteri Allah di balik semua ujian.

Saat ini Allah karuniakan ikatan persaudaraan yang demikian indahnya. Yang dibingkai pada sebuah ketaatan padaNya. Dan diukir dalam kesungguhan berjuang di jalanNya.

Dan pada saat yang sama pula Allah berikan ujian yang demikian manisnya. Adakah nikmat yang dia berikan itu membuat diri menjadi lalai atau semakin tunduk pada titahNya...

Mungkin ada keinginan-keinginan yang sangat manusiawi terdetik dalam hati. Namun ada sebuah janji yang diikrarkan pada pagi dan petang, bahwa Allah selalu di atas segalanya...

Sahabat... jika saat itu datang... Cinta yang disemat dalam khusyu'nya ketaqwaan pada Allah ini selamanya akan tetap ada. Dimana pun kita berada...ikatan itu akan tetap terasa.

Sebagaimana bintang yang selalu di langit meskipun tak setiap malam bisa terlihat, seorang saudara akan selalu ada.

Semoga kita selalu bersama dalam kafilah panjang da'wah ini...

Tuesday, October 17, 2006

Ranjau-Ranjau Di Perjalanan

Oleh :Imam Hasan al-Banna

"Saya ingin terus terang menyatakan kepada kamu, bahawa hari ini dakwah kamu ini masih belum dikenali orang ramai. Apabila mereka mengetahui dan memahami matlamat dan tujuan dakwah ini kamu akan menerima permusuhan dan pertarungan yang sengit dari mereka. Kamu akan mendapati di hadapan kamu kesukaran-kesukaran dan kamu akan dihalangi oleh ranjau-ranjau.Hanya pada ketika itulah sahaja kamu baru mula mengikuti jalan para pendukung dakwah... adapun sekarang ini, kamu masih belum dikenali, kamu masih dalam peringkat membuat persediaan untuk dakwah dan bersedia untuk menghadapi perjuangan dan jihad yang dituntut oleh dakwah. Kejahilan umat tentang hakikat Islam akan tegak sebagai rintangan di pertengahan jalan, kamu akan mendapati ahli agama yang terdiri daripada ulamak rasmi akan memandang ganjil pemahaman kamu terhadap Islam dan mengingkari jihad yang kamu lakukan untuk memperjuangkan kefahaman kamu itu. Para pemimpin, ketua-ketua orang yang rindukan kemegahan dan kekuasaan akan menaruh dendam kesumat terhadap kamu. Kesemua bentuk pemerintah akan tegak serentak menghadapi kamu, semua kerajaan akan berusaha membatasi kegiatan kamu dan meletakkan rintangan-rintangan di jalanmu."

"Penyamun-penyamun ini akan memasang perangkap dengan apa cara sahaja untuk dapat menentang kamu dan memadamkan sinar dakwah kamu. Dalam usaha-usaha mereka ini mereka akan menggunakan kerajaan-kerajaan yang lemah, akhlak yang rendah dan tangan-tangan yang sentiasa menadah sesuatu dari mereka tetapi melakukan kejahatan dan permusuhan terhadap kamu."

"Kesemua mereka akan menaburkan salah faham dan tuduhan-tuduhan kabur terhadap dakwah kamu dan mereka akan terus berusaha untuk melemparkan tuduhan yang mengatakan bahawa dakwah kamu itu tidak sempurna, tempang dan songsang, sekalipun mereka melemparkan tuduhan-tuduhan itu dengan cara yang paling kotor, menggunakan kekuatan dan kekuasaan mereka, berlaku zalim dengan menggunakan harta kekayaan dan kedudukan mereka.

Firman Allah:

"Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahayanya
sekalipun orang-orang kafir benci." (Ash-Shaff: 8)

"Tidak syak lagi kamu akan mengharung dan menghadapi perkara-perkara tersebut dalam peringkat ujian dan cubaan, kamu akan ditangkap, dipenjara, dibuang daerah, dipindah dan diporak-perandakan. Segala kepentingan-kepentingan kamu akan dirampas, kerja-kerja kamu akan dibekukan dan rumah-rumah kamu akan digeledah. Boleh jadi masa ujian ini kamu lalui dalam satu jangka waktu yang panjang.

Firman Allah:

'Apakah manusia itu menjangka bahawa mereka dibiarkan (sahaja) mengatakan: "Kami telah beriman," sedang mereka tidak diuji."
(Al-Ankabut: 2)

"Tetapi ingatlah bahawa setelah ujian-ujian ini Allah telah menjanjikan akan memberikan pertolongan kepada para mujahidin dan ganjaran bagi mereka yang beramal dan berbuat baik.

Firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih, (iaitu) kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kamu, itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahuinya, nescava Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga `Adnin. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) kurnia yang lain yang kamu sukai (iaitu) pertolongan daripada Allah dan kemenangan yang hampir (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Para pengikutnya yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, lalu segolongan dari Bani Israel beriman dan segolongan (yang lain) kafir. Maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang." (Ash-Shaff: 10-14)

"Tidakkah kamu akan tetap pendirian untuk menjadi ansarullah?"

Sunday, October 15, 2006

Fiqh I'tikaf

Al-Ikhwan.net - Kajian berikut ini adalah seputar i’tikaf. Kajian akan meliputi definisi i’tikaf, dalil-dalilnya, kedudukan hukumnya, waktu memulai dan mengakhiri i’tikaf, hal-hal yang disunnahkan pada saat i’tikaf, serta hal-hal yang dibolehkan pada saat i’tikaf.

MA’NAHU (Definisinya) :

1. Secara bahasa (LUGHATAN) : I’tikaf berasal dari kata ‘AKAFA-YA’KIFU-‘UKUFAN (tetap pada sesuatu).

2. Secara syari’at (SYAR’AN) : I’tikaf yaitu menetap di masjid & tinggal di dalamnya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah (SWT) SWT (LUZUUMUL MASJID WAL IQAAMATU FIIHI BINIYYATIT TAQARRUBI ILALLAAHI ‘AZZA WA JALLA)

MASYRU’IYYATUHU (Dalil disyariatkannya) :

1. Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2 ayat 187 : “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah (SWT) mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah (SWT) mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah (SWT) untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah (SWT), maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah (SWT) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”

2. As-Sunnah : Dari Aisyah ra : “Adalah nabi SAW melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan Allah (SWT) SWT, lalu hal tersebut dilanjutkan oleh para istri beliau SAW setelah wafatnya.” (HR Bukhari, Fathul Bari’, Kitab I’tikaf, bab I’tikaf pada 10 hari terakhir & i’tikaf di masjid-masjid, hadits no. 2026)

3. Ijma’ : Telah sepakat seluruh ummat atas disyariatkannya i’tikaf (AJMA’ATIL UMMATU ‘ALA MASYRU’IYYATIL I’TIKAF).

HUKMUHU (Kedudukan Hukumnya) :

1. WAJIB : Jika merupakan NADZAR, baik nadzar tersebut MUTHLAQ (tanpa syarat) maupun MASYRUTH (dengan syarat, misalnya jika saya dimudahkan urusan maka saya niat i’tikaf), berdasarkan hadits Ibnu Umar ra : “Umar bernadzar akan i‘tikaf pada zaman jahiliyyah di masjidil Haram. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya : Penuhilah nadzarmu!” (HR Bukhari, Fathul Bari’, Kitab I’tikaf, bab Apabila seorang bernadzar untuk i’tikaf di masa Jahiliyyah lalu ia masuk Islam, hadits no. 2043)

2. SUNNAH : Pada 10 hari di akhir Ramadhan (berdasarkan hadits Aisyah no. 2026 di atas) & di bulan-bulan lainnya selain Ramadhan (berdasarkan hadits Amrah binti AbduRRAHMAN dari Aisyah ra, Fathul Bari’, Kitab I’tikaf, bab I’tikaf di bulan Syawwal, hadits no. 2041)

ZAMANUHU (Waktu memulai & mengakhirinya) :

1. Untuk yang wajib karena nadzar, maka waktunya sesuai dengan yang dinadzarkan (lihat hadits Ibnu Umar no. 2043 di atas)

2. Untuk yang sunnah di bulan Ramadhan, maka masuk masjid saat shalat Shubuh pada hari ke-20 bulan Ramadhan (berdasarkan hadits Amrah binti AbduRRAHMAN, hadits no. 2041 di atas) dan keluar saat akan shalat Ied (berdasarkan semua hadits-hadits tentang jumlah hari i’tikaf di atas).

ARKANUHU (Rukun-rukun I’tikaf) :

1. An-Niyyah (niat), berdasarkan firman Allah (SWT) SWT QS Al-Bayyinah, 98:5 dan hadits Umar ra : Innamal a’malu bin niyyat.

2. Makanuhu (tempat i’tikaf) : Di masjid (berdasarkan firman Allah (SWT) SWT QS Al-Baqarah, 2:187), Imam Syafi’i lebih menyukai di mesjid jami’ & Imam Malik mensyaratkan harus di majid jami’, karena i’tikaf akan terputus jika orang tersebut keluar untuk shalat Jumat ke mesjid yang lain.

MAA YUSANNU LIL MU’TAKIF (Apa-apa yang disunnahkan pada orang yang i’tikaf) :

1. Puasa (berdasarkan hadits-hadits di atas), pada selain bulan Ramadhan dibolehkan i’tikaf tanpa berpuasa (berdasarkan hadits Umar no. 2043 di atas)

2. Shalat malam baik berjama’ah maupun sendiri-sendiri (berdasarkan hadits Abu Hurairah, Fathul Bari, Kitab Shalat Tarawih, bab Keutamaan org yang melakukan Qiyam Ramadhan, hadits no. 2009)

3. Menanti lailatul qadar (berdasarkan hadits Abu Sa’id al-Khudri, Fathul Bari, Kitab I’tikaf, bab I’tikaf pada 10 yang akhir & i’tikaf di mesjid-masjid, hadits no. 2027)

4. Membaca al-Qur’an, berdasarkan firman Allah (SWT) SWT pada surat Al-Baqarah (2) ayat 185 : “…bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah (SWT) menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (SWT) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

5. Berdzikir, membaca tasbih, tahmid, takbir, tahlil, shalawat, istighfar (berdasarkan firman Allah (SWT) SWT QS Al-Ahzab, 33:41 dan hadits Aisyah ra, Fathul Bari, Kitab )

6. Berdoa, berdasarkan Firman Allah (SWT) SWT surat Al-Baqarah (2) ayat 186: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

MAA YUBAAHU LAHU (Apa-apa yang dibolehkan bagi yang i’tikaf) :

1. Perbuatan-perbuatan yang mubah seperti mandi, berminyak wangi, mencukur rambut, berhias, disisir rambut oleh istri, mencuci rambut/keramas (Fathul Bari, Kitab I’tikaf, bab wanita haid menyisir rambut org yang i’tikaf, hadits no. 2028-2030)

2. Boleh bercakap-cakap dengan orang lain, berduaan dengan istri, ataupun karena ada keperluan keluar ke pintu mesjid atau kerumahnya, kemudian kembali lagi (berdasarkan hadits Shafiyyah ra, Fathul Bari, Kitab I’tikaf, bab Apakah orang yang i’tikaf boleh keluar untuk keperluannya ke pintu masjid, Hadits no. 2035 & no. 2038)

3. Wanita yang sedang istihadhah (mengeluarkan darah bukan karena haid) boleh ikut i’tikaf (berdasarkan hadits Aisyah ra, Fathul Bari’, Kitab i’tikaf, bab i’tikaf bagi wanita yang Mustahadhah, hadits no. 2037)

4. Orang yang i’tikaf boleh membatalkan i’tikafnya karena sesuatu hal yang penting (Fathul Bari’, Kitab i’tikaf, Bab Orang yang i’tikaf lalu tampak baginya keinginan untk keluar dr i’tikaf, hadits no. 2045)

5. Orang yang i’tikaf boleh membawa barang-barang yang diperlukan, seperti alas tidur ke dalam mesjid (Fathul Bari’, Kitab i’tikaf, Bab Orang yang keluar dari i’tikafnya di waktu shubuh, hadits no. 2040)

ALLAHu a’lam bish Shawab…

Ungkapan cinta buat Almarhum KH Rahmat Abdullah

p/s: sebuah nukilan cinta buat insan yang mulia. Walau tidak pernah bertemu,tp keikhlasanmu menyentuh kalbu. Kukutip ungkapan cinta untukmu, buat tatapan yang lain.

Seperti tak percaya aku mendengar kabar itu: kau sudah pergi untuk selamanya. Dan kenangan demi kenangan berkelebat cepat di benakku, menyisakan satu nama: Rahmat Abdullah.

Kita memang tak banyak bertemu, tak banyak bercakap. Tapi percayakah kau, aku menjadikanmu salah satu teladan diri. Kau menjelma salah satu sosok yang kucinta. Tahukah kau, hampir tak ada tulisanmu yang tak kubaca? Dan setelah membacanya selalu ada sinar yang menyelusup menerangi kalbu dan pikiranku. Tidak sampai di situ, buku-bukumu selalu membuatku bergerak. Ya, bergerak!

Kau mungkin tak ingat tentang senja itu. Tapi aku tak akan pernah melupakannya. Saat itu kau baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kesehatanmu. Aku dan seorang teman menunggumu. Kami membutuhkanmu untuk memberi masukan terhadap apa yang tengah kami kerjakan. Tanpa istirahat terlebih dahulu, dengan senyuman dan kebersahajaan yang khas, kau menemui kami. Tak kau perlihatkan bahwa kau sedang tak sehat. Bahkan kau bawa sendiri makanan dan minuman untuk kami. Dengan riang kau menyemangati kami.

“Ini kebaikan yang luar biasa,” katamu. “Bismillah. Berjuanglah dengan pena-pena itu!”

Lalu kami mengundangmu untuk hadir pada acara milad organisasi kecil kami. Sekadar menyampaikan undangan, dan tak terlalu berharap kau datang, karena kami tahu kau sangat sibuk dengan begitu banyak persoalan ummat.

Hari itu, bulan Juli 2002, milad ke 5 organisasi kami: Forum Lingkar Pena. Semua panitia direpotkan oleh banyak hal yang harus dikerjakan. Aku masih sempat bertanya pada panitia: “Adakah yang menjemput Pak Taufiq Ismail dan Pak Rahmat Abdullah?”

Panitia menggeleng. Banyak yang harus dikerjakan. Tak ada mobil atau tenaga untuk menjemput.

Sudahlah, pikirku. Pak Taufiq dan Pak Rahmat terlalu besar untuk hadir di acara seperti ini.

Aku hampir melompat ketika melihat Pak Taufiq Ismail datang sendirian dengan taksi dan menyapa kami riang. Dan aku tak percaya ketika tak lama kemudian kau muncul!

“Ustadz, terimakasih sudah datang. Kami tidak menyangka…,” sambutku.

Kau tersenyum. “Saya sudah agendakan untuk datang,” katamu. “Ini acara FLP. Istimewa.”

Mataku berkaca. Ini ustadz Rahmat Abdullah, ia terbiasa diundang sebagai pembicara dalam berbagai acara nasional sampai internasional. Dan kini ia sudi hadir sebagai undangan biasa!

“Maaf ustadz tidak dijemput. Ustadz naik apa tadi?”

Naik bis. Tempatnya mudah dicari,” katamu biasa.

Kau sempat turut memberikan award dalam acara tersebut dan memimpin doa penutup. Aku menangis mendengar doa yang kau lantunkan, Ustadz. Kau berulangkali mendoakan agar organisasi kami: FLP selalu bisa melahirkan para pemuda yang tak akan berhenti berjuang dengan pena….

Pada akhir acara, kau turut berjongkok bersama para pemuda lainnya dan menandatangani spanduk yang kami gelar bertuliskan “Sastra untuk Kemanusiaan.”

“Saya mencintai sastra dan suka membuat puisi,” ceritamu.

Hari itu kehadiranmu benar-benar memberi semangat baru bagi kami.

Ustadz, aku selalu mengenangmu sebagai suami dan ayah yang baik dalam keluarga. Sebagai guru sejati bagi ribuan da’i. Dan ketika kau terpilih menjadi anggota DPR RI tahun 2004 lalu, tak ada yang berubah darimu, kecuali usaha yang lebih keras untuk membuat rakyat tersenyum. Dalam keadaanmu yang sederhana, kau tak berhenti memberi zakat dan infaq dari gajimu. Kau satu dari sedikit orang yang pernah kutemui, yang sangat berhati-hati dengan amanah dan berjuang untuk menunaikannya tanpa cacat.

Ah, pernahkah kau meminta tarif untuk mengisi ceramah? Tak ada. Kau bahkan pernah berkata: “Alhamdulillah ada lagi orang yang mau mendengarkan taushiyah dari hamba Allah yang lemah ini.”

Terakhir kali kita bertemu, Ustadz, di sebuah jalan raya, sekitar akhir tahun lalu. Dan aku tak percaya, kau—anggota dewan yang terhormat--- masih saja menyetop kopaja.

Kini dalam usia 53 tahun, kau pun kembali untuk selamanya. Ribuan orang, tak terhingga orang, datang mengiringi untuk terakhir kali, sambil tak henti bersaksi tentang keindahanmu.

Selamat jalan, Ustadz. Jalan kebaikan dan cinta yang selalu kau tempuh di dunia, semoga mengantarkanmu ke gerbang yang paling indah di sisiNya. Amiin.
(
Helvy Tiana Rosa)

Tulisan2 beliau di Kolom Pilar/Asasiyat Majalah Tarbawi adalah tulisan2 yg penuh makna
sering beliau menuangkan kata2 puitis yang penuh makna dalam tulisan2nya...
hal itu yg membuat saya sangat suka dgn tulisan2 beliau :

Hidup Tanpa Kesadaran kebersamaan
adalah gersang gurun yang tak menumbuhkan pohon apapun
selain kaktus dan dedurian
yang menyakitkan
kecuali ada oase,
secercah harapan ditengah ditengah keputusasaan
apatisme dan kematian hati
( KH Rahmat Abdullah )

Oase itu kini telah pergi...
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun....
Selamat jalan ustadz...
Semoga Amal ibadah dan segala kebaikannya didunia
mengantarkan beliau ke surgaNya.amiin
(Diniauliya)

Innalillahi wainna'ilaihi raji'un...

Ada yang merenggas dalam relung
Menyentak sukma, mengiris garis-garis kalbu hingga membiru!!
Angin berita yang datang tiba-tiba menyapaku ...
tentang mu.....
tentang pergi mu...
tentang perjuangan mu...

: Hingga aku tergugu, bisu.


Tapi semuanya takkan pernah redup..
Karena cita dan karya mu akan senantiasa hidup...
.... Sungguh !!

: Hari ini langit jakarta berduka.....

telah pergi dengan Cinta
Sang Mujahid pembela cahaya

teruntuk : Guru Tercinta Ust. Rahmat Abdullah

(Maman Suarrahman)

Ya Allah, saya bersaksi, beliau telah memberikan siang dan malam hidupnya untuk dakwah ini. Ya Waduud, saya bersaksi, beliau amat besar cintanya pada jihad dan umat. Ya Karim, saya bersaksi, memulia jiwa-jiwa dibasuh tarbiyahnya. Ya Rahim, satukan dia dengan Penghulu kami di surga.
(Maimon)

langit hari ini pun basah...
turut menangis
mengantar kembalinya sang mujahid...
duhai Rabb..
semoga kedukaan kami yang mendalam ini tidak melenakan kami dari mengingatMU
semoga kecintaan kami padanya tidak membuat kami mengultuskannya
duhai Rabb...
tempatkanlah ustad terkasih kami bersama kekasihMu, Rasulullah
izinkan kami nanti berjumpa dengan mereka sebagaimana KAU izinkan kami menatap wajahMu....
(Prajuritkecil)


Saya sedang makan malam di pinggiran kota Kuala Lumpur ketika berita duka itu datang, melalui sms yang dikirim isteri saya.

Nafas saya langsung tertahan. Makanan terasa hambar. Kenangan-kenangan perjumpaan dengan beliau melesat memenuhi benak. Saya tidak seberuntung sebagian kawan yang punya kesempatan untuk belajar langsung padanya. Saya hanya bisa menampung tetes-tetes hikmah yang beliau berikan pada ceramah, khutbah atau pertemuan-pertemuan lainnya.

Suatu saat, saya harus mengkonfirmasikan informasi yang saya terima pada beliau. Dia orang yang tepat karena tahu persis tentang konteks informasi yang saya miliki itu.

"Ustadz, saya Tomi, ingin minta waktu untuk ketemu," kata saya via telepon.

"Ini Tomi siapa? Tomi saya? Atau Tomi yang mana?" sahutnya di ujung telepon.

Hati saya tersentak. Siapakah orang yang ia sebut sebagai 'Tomi saya' itu? Sejenak hidung mengembang. Ah, tapi sudahlah. Siapalah saya ini. Ada banyak orang yang menyandang nama Tomi.

"Saya bekerja di TransTV. Dulu saya bekerja di SCTV."

"Oh, kalau begitu, ini Tomi saya. Apa yang bisa saya bantu?"

Jantung saya terasa berhenti. Mulut saya tercekat. Siapakah saya ini sehingga seorang ulama besar seperti ustadz Rahmat berkata seperti itu? Saya hampir tak pernah bertemu secara pribadi dengannya. Saya tak punya prestasi yang mengagumkan yang bisa menarik perhatiannya, padahal ia sibuk mengurus ummat, dengan segudang kesibukan.

Kami pun kemudian bertemu di ruang tamu rumahnya yang bersahaja. Janji satu jam memanjang menjadi hampir lima jam. Pembicaraan berkembang mengasyikkan. Beliau menjelaskan banyak hal tentang informasi yang saya terima sehingga saya bisa memahami konteksnya. Diam-diam saya mengagumi pengetahuan sejarahnya, pergaulannya yang luas serta prasangka baiknya yang tak pernah putus walaupun tak sedikit kawan yang kemudian mengingkarinya.

Setelah itu, seperti biasa, saya menjadi satu diantara banyak orang yang duduk di barisan pendengar, mencerna ucapan-ucapannya yang bernas, tutur katanya yang cermat serta menikmati kecerdasannya mengulas berbagai persoalan, dengan tenang, bijak dan penuh prasangka baik.

Sekali-sekala kami berjumpa, saling berjabat tangan dan berpelukan. Ia selalu menyebut nama saya, dan tampaknya tahu tentang perkembangan saya. Saya masih terus merasa tersanjung diingat oleh seorang ustadz Rahmat.

Suatu ketika salah satu muridnya terjerembab dalam masalah. Ust. Rahmat memintanya menghubungi saya. Saya upayakan sebisa mungkin. Alhamdulillah persoalan beres, meski tak memuaskan. Tak dinyana, ustadz mengirim pesan pendek, meminta saya menghubunginya via telepon. Rupanya ia gagal menghubungi saya karena saya sedang berada di ruang yang menyekat sinyal telepon selular.

Pesan itu saya simpan karena saya tak bisa segera menghubunginya.

Waktu berlalu. Pesan itu masih tersimpan. Dan saya selalu luput memenuhi permintaannya. Rasa bersalah mulai bertumpuk. Bagaimana mungkin saya mengabaikan permintaan beliau.

Saat menerima tugas ke Kuala Lumpur, saya berniat menghubungi beliau lagi, karena saya yakin beliau punya sejumlah informasi yang akan berharga. Sekali lagi, kesibukan kerja yang menumpuk, menindih niatan itu.

Sampai sms duka itu tiba. Yang tertinggal kini penyesalan yang tak akan pupus sampai ajal menjelang nanti.

Selamat jalan ustadz-ku. Semoga dunia tidak menjadi makin muram dengan kepergian ustadz. Semoga Allah Ta'ala mengizinkan saya memenuhi permintaan ustadz, untuk menghubungi ustadz di akhirat nanti.
(Wisat)

Saturday, October 14, 2006

As Syahid Al Imam Hassan Al Banna

Imam Hasan Al-Banna merupakan pengasas Jamaah Ikhwan Muslimun iaitu sebuah Jamaah Islam amat terkenal di dunia Islam. Idea-idea beliau telah dianuti secara sedar atau tidak sedar oleh seluruh gerakan Islam yang terdapat seluruh dunia termasuklah gerakan Islam yang terdapat di Malaysia. Kegemilangan beliau mengiringi kejatuhan Empayar Islam Uthmaniyyah di Turki, walaupun beliau tidak berada di Turki, namun pengaruhnya berjaya menembusi tembok-tembok sekular yang dibina kukuh oleh Kamal Atartuk.

Jatuhnya pemerintahan Khilafah Islamiyyah pada tahun 1924 itu merupakan satu tamparan hebat terhadap setiap individu Muslim yang cinta kepada agamaNya. Sejak dari saat itu, Islam telah diinjak-injak dan dihina serendah-rendahnya. Dunia Islam telah dibahagi-bahagikan sesama kuffar la’natullah sebagaimana makanan dibahagi-bahagikan, bertepatan dengan sabda Rasulullah SAW bahawa umat Islam akhir zaman seumpama makanan yang dikerumuni oleh musuh-musuh. Muslim yang berjuang di bawah naungan jihad telah diperangi habis-habisan, sehingga umat Islam yang tinggal hanyalah Muslim yang berkulitkan Islam. Pemikiran dan budaya Barat diagung-agungkan. Al-Quran dan as-Sunnah diperlekeh-lekehkan. Pemerintahan negara-negara Islam pula diwariskan oleh penjajah kuffar kepada anak-anak didik mereka yang telah kosong roh Islamnya dan boleh diharapkan untuk meneruskan dasar-dasar penjajah. Hasilnya, tiada satu inci muka bumi Allah SWT pun sekarang ini yang terlaksana di dalamnya syari’at Allah SWT yang Maha Sempurna, yang tidak perlu diragukan lagi sama ada sesuai atau tidak dengan keadaan semasa.

Namun Allah SWT tetap menepati janjiNya yang Maha Benar. Allah SWT telah menjanjikan menerusi lidah RasulNya, akan muncul setiap 100 tahun seorang Mujaddid yang akan menghidupkan kembali ajaranNya dan menyalakan kembali api perjuangan para Nabi dan Rasul serta para Sahabat.

Umat Islam tidak perlu menunggu lama untuk menyaksikan kebangkitan para pemuda-pemudi Islam yang menggelarkan diri mereka Ikhwanul Muslimin, dipimpin oleh al-Imam as-Syahid Hasan al-Banna (masyhur dengan susunan Ma’thurat yang disusun oleh beliau) pada tahun 1928 di Mesir. Al-Banna telah menyediakan satu asas Gerakan Islam (Harakah Islamiyyah) yang kukuh berpandukan kepada sirah perjuangan Rasulullah SAW, yang kini menjadi contoh kepada Gerakan Islam hampir di 70 negara di seluruh dunia pada hari ini. Meskipun umat Islam hari ini dipisah-pisahkan oleh sempadan negara akibat daripada semangat nasionalisme yang ditiup-tiupkan oleh penjajah kuffar, namun Gerakan Islam tetap mara dan utuh di setiap negara Islam dalam mendepani cabaran dan tekanan pemerintah dari segenap sudut. Hanya nama yang memisahkan antara satu Gerakan Islam dengan Gerakan Islam yang lain.

Al-Banna merupakan seorang mujaddid, pejuang, pendakwah, murabbi dan pemimpin yang akhirnya menemui syahid di jalan Allah… Kini dunia Islam hanya menunggu munculnya mujaddid baru abad ke 21, yang diharapkan mempunyai semangat Salahuddin al-Ayyubi, bagi memimpin umat Islam mendapatkan kembali kota suci Baitul Muqaddis, yang kini dikuasai Yahudi la’natullah.Latar belakangAl-Imam as-Syahid Hassan al-Banna dilahirkan pada Oktober 1906 di Mahmudiah, dekat Iskandariah, Mesir. Ayahnya, Ahmad ibn ‘Abd ar-Rahman al-Banna, merupakan lulusan Azhar yang bekerja sebagai tukang jam, juga seorang imam dan guru al-Quran di masjid serta telah menghasilkan beberapa buku berkaitan dengan perundangan Islam. Sebagai anak sulung, al-Banna telah dididik dengan suasana keIslaman dan disemai dengan nilai-nilai Islam oleh ayahnya.

Pendidikan awal
Semasa al-Banna kecil, beliau telah diharapkan oleh ayahnya agar menjadi seorang hafiz al-Quran. Al-Banna telah dihantar kepada seorang guru bernama Syaikh Muhammad Zahran yang mempunyai ilmu yang luas dan dalam, bertakwa serta sangat berwibawa. Cara didikan Syeikh Zahran adalah sangat keras, sehinggakan para pelajarnya, termasuk al-Banna yang masih kecil merasa terbeban dengan hafalan, membaca dan menelaah kitab-kitab, yang faedahnya hanya dapat dirasakan oleh al-Banna setelah beliau dewasa.

Setelah Syeikh Zahran semakin sibuk dengan dakwahnya, sehingga tiada kesempatan untuk terus menjadi guru di sekolah ad-Diniyah ar-Rasyad, ayah al-Banna memindahkan al-Banna ke Madrasah Idadiyah, sambil tetap menyuruh al-Banna menghafal al-Quran di rumah. Pada ketika itu, al-Banna sudah pun menghafal separuh al-Quran.

Minat dan keaktifan Hasan Al-Banna dalam berorganisasi sudah kelihatan sejak dia belajar di madrasah tersebut. Di madrasah itu, al-Banna membentuk organisasi Persatuan Akhlak Mulia (PAM), atas cadangan salah seorang gurunya, yang bertujuan untuk menegakkan akhlak mulia di lingkungan madrasah. Undang-undang pun dibuat oleh mereka sendiri, seperti siapa yang memaki saudaranya didenda 1 millim (mata wang terkecil Mesir), yang memaki ayahnya didenda 2 millim, memaki ibunya, mencela agama, bertengkar, dan sebagainya. Semua yang bertentangan dengan akhlak mulia, dikenakan denda. Denda akan dilipatgandakan, sekiranya yang melanggar adalah anggota pimpinan organisasi, yang diketuai oleh al-Banna. Wang hasil denda dimanfaatkan untuk kegiatan sosial.

Tidak puas dengan pertubuhan yang hanya mengendalikan pelajar, al-Banna dan teman-temannya membuat organisasi asosiasi keislaman dengan nama Gerakan Anti Maksiat (GAM) untuk memberi teguran melalui surat kepada sesiapa sahaja yang melakukan maksiat. Masing-masing anggota organisasi mengawasi anggota masyarakat, yang terdiri daripada masyarakat biasa, pedagang, hingga syaikh-syaikh (ulama) sekalipun. Bila ada seseorang yang melakukan kesalahan/dosa (perbuatan yang bertentangan dengan syariat Islam) akan dikirimkan surat peringatan, yang dihantarkan secara diam-diam oleh anggota GAM. Tetapi aktiviti rahsia GAM terbongkar oleh seorang pemilik kafe, yang berjaya menangkap pembawa surat teguran yang berisi peringatan atas kesalahan pemilik kafe yang membawa penari wanita di kafenya.

Ketika berusia 13 tahun, Hasan Al-Banna melanjutkan pelajarannya ke Madrasah al-Muallimin al-Awwaliyah di Damanhur walaupun sebenarnya dia belum memenuhi syarat umur minimum 14 tahun. Hafalan al-Qurannya pun belum 100%, tetapi karena mudir madrasahnya melihat kecerdasan al-Banna, beliau memberi pengecualian. Sejak usia muda ini, Hasan Al-Banna mulai tertarik dengan gerakan sufi yang saat itu marak di Mesir. Selain mengikuti zikir tasawuf, Hasan Al-Banna pun aktif ikut halaqoh yang diadakan oleh syaikh-syaikh pemimpin sufi, terutamanya syeikh-syeikh dari tarekat Hashofiyah. Beliau sangat mengagumi tokoh utama dari tarekat ini, iaitu Syaikh Abdul Wahhab al Hashafi bin Syaikh Hasanain al-Hashafi. Penglibatan al-Banna dalam aktiviti kesufian inilah yang telah membuatkan beliau menyedari betapa perlunya pemupukan sahsiah dan akhlak individu untuk menjadi prasyarat kepada proses pengIslaman masyarakat.

Walaupun Hasan Al-Banna mengikuti gerakan sufi, tapi beliau tidak 100% menyetujui cara hidup orang-orang sufi yang berlebihan, seperti beruzlah (mengasingkan diri) dari kehidupan masyarakat umum, untuk memperoleh kenikmatan beribadah untuk peribadi semata-mata. Al-Banna berpendapat bahawa uzlah adalah perlu sesekali waktu, harus tidak berlebihan, tak boleh melebihi garis syara’, karena uzlah seperti itu merupakan gudang segala kebajikan. Al-Banna bukan sahaja hafiz al-Quran, malah menghafal 18.000 bait puisi Arab dan juga ribuan matan hadis.

Belajar di Kaherah dan kesedaran reformasiPada 1923, pada usia 16, al-Banna telah memasuki Fakulti Darul ‘Ulum, Azhar yang masyhur di Kaherah. Di Azhar, bila teman-temannya memakai pakaian Mesir (topi khas yang bernama tharbus), al-Banna memakai serban Arab, karena ingin mencontohi Rasulullah SAW.Selama 4 tahun di Kaherah, beliau telah terdedah kepada hiruk-pikuk politik di Kaherah pada awal 1920-an, dan meningkatkan kesedaran beliau tentang kesan fahaman sekular dan Barat yang telah menembusi masyarakat Islam, hingga ke akar umbi. Inilah yang menyebabkan al-Banna begitu tersentuh dengan keadaan pemuda-pemudi Islam yang hanyut dari ajaran Islam. Al-Banna meyakini perang untuk memenangi hati dan pemikiran pemuda-pemudi adalah begitu penting untuk menyelamatkan Islam daripada serangan hebat Barat.

Semasa belajar di Kaherah, al-Banna menyelami hasil penulisan reformis Islam yang awal, termasuklah Muhammad ‘Abduh (1849-1905), yang merupakan guru ayahnya semasa di Azhar. Tetapi yang paling banyak mempengaruhi pemikiran al-Banna merupakan murid ‘Abduh, iaitu Rashid Rida (1965-1935). Al-Banna merupakan pembaca tetap al-Manar, majalah yang diterbitkan oleh Rida di Kaherah dari 1898 hinggalah kematiannya pada 1935. Al-Banna berkongsi pendapat dengan Rida mengenai merosotnya tamadun Islam berbanding dengan Barat. Al-Banna juga percaya bahawa fenomena ini hanya boleh diterbalikkan dengan hanya kembali kepada ajaran Islam yang sejati, bebas daripada segala kekotoran yang melemahkan kekuatan mesej Islam yang sebenar.Mengajar di Isma’iliyyahSelepas tamat belajar di Darul ‘Ulum pada 1927, berusia 21, al-Banna telah menjadi guru bahasa Arab di sebuah sekolah rendah di Isma’iliyyah. Pada masa itu, Isma’iliyyah merupakan pusat pemerintahan Canal Zone dan menjadi ibu pejabat Suez Canal Company (SCC). Ia menempatkan kem tentera dan kediaman bagi pekerja Barat yang mana menjadikan pekerja dan penduduk Mesir di situ sebagai kelas kedua, iaitu menjadi buruh kasar di perusahaan-perusahaan Eropah itu. Kehidupan agama Islam yang dianut penduduk Ismailia pun terumbang-ambing dalam pertentangan khilafiah antara pelbagai kelompok tasawuf.

Tugas al-Banna yang pertama ialah meningkat kesedaran dan penyatuan aqidah di kalangan masyarakat Ismai’iliyyah. Al-Banna melihat kehadiran kuffar ke Isma’iliyyah sebagai pendudukan tentera, pengeksploitasian ekonomi, pencemaran budaya dan kehilangan maruah. Ini meningkatkan semangatnya untuk mengusir British daripada Mesir, dan umumnya, pengaruh Barat.Daripada saat al-Banna tiba di Isma’iliyyah, beliau telah melibatkan diri secara aktif dalam aktiviti masyarakat. Al-Banna berusaha untuk merapatkan diri dengan orang-orang penting di bandar tersebut sambil bergaul mesra dengan seberapa banyak masyarakat umum yang boleh. Al-Banna mengadakan kelas malam untuk ibu bapa pelajar dan mengadakan perbincangan yang tidak formal di masjid, kedai kopi, kelab dan rumah persendirian. Mesej asasnya ialah Mesir telah kehilangan rohnya, ia telah menjadi orang bawahan dari segi politiknya dan ekonomi yang terlalu bergantung pada orang lain, akibat daripada melencong dari jalan yang ditentukan oleh Tuhan. Ubat bagi merosotnya kekuatan negara dan masyarakat hanyalah dengan penekanan kepada Islam sebagai cara hidup.

Salah satu kelainan yang dilakukan oleh al-Banna ialah beliau memulai dakwahnya bukan di masjid kerana takut disalahertikan oleh masyarakat Isma’iliyyah sebagai gerakan tasawuf baru, tetapi di kedai kopi! Mengapa ia memilih kedai kopi? Alasan al-Banna kepada ikhwannya yang kurang setuju dengan cara yang ditempuhnya itu adalah : di kedai kopi, orang-orang sedang rileks dari kesibukan hariannya, mereka dalam keadaan segar untuk mendengar nasihat orang lain, sehingga sangat sesuai kalau berdakwah kepada mereka di saat yang sangat tepat itu. Pada permulaannya, sudah pasti pemilik kafe merasa terganggu, para pengunjung kedai kopi pun merasa hairan. Tetapi oleh kerana al-Banna menyampaikan dakwahnya tidak pernah melebihi 15 minit, pada hari-hari berikutnya para pemilik kafe meminta al-Banna supaya datang lagi, memberikan siraman rohani kepada para pengunjung kedai. Dalam 1 hari, tak kurang dari 10 kedai dikunjungi al-Banna secara bergilir-gilir, padahal jarak antara kedai adalah berjauhan.

Lahirnya Ikhwanul MusliminPada Mac 1928, ada 6 ikhwan - yang mendapat pengaruh dari ceramah-ceramah al-Banna yang bermula di kedai kopi, yang kemudian dibawa ke musholla untuk dibimbing secara intensif - mengunjungi al-Banna, mengutarakan kesedihan hati mereka melihat perlaksanaan syari’at Islam di sekitar mereka. Bahkan mereka merasa sudah bosan melihat umat Islam terhina dan terbelenggu oleh penjajah Eropah. Al-Banna tersentuh jiwanya, dan akhirnya terjadi bai’at antara mereka bahawa mereka akan hidup bersaudara, beramal untuk Islam dan akan berjihad di jalan Islam. “Apa nama kumpulan kita ini?” tanya salah seorang di antara 6 orang ikhwan tersebut. Al-Banna menjawab: “Kita adalah saudara-saudara kandung yang berkhidmat kepada Islam. Jadi, kita ini adalah IKHWANUL MUSLIMIN (yang erti sebenarnya: saudara-saudara yang sama-sama Muslim).” Itulah sejarah terbentuknya Ikhwanul Muslimin, yang lahir tanpa perencanaan.

Ikhwan pada mulanya bertujuan untuk meningkat sahsiah individu dan terlibat dalam aktiviti kebajikan.Perkembangan Ikhwanul MusliminPada tahun 1933, di atas kemahuannya sendiri, al-Banna dipindahkan ke Kaherah, di mana beliau turut memindahkan pusat gerakannya. Sejak dari saat itu, Ikhwan telah berkembang dengan pesat dan Kaherah menjadi pusat dakwah. Faktor utama yang menyumbang kepada perkembangan mendadak ini ialah organisasi dan ideologi kepimpinan yang diterapkan oleh al-Banna.

Pada 1934, Ikhwan telah membuka lebih daripada 50 cawangan di Mesir. Pada hujung 1930an, Ikhwan telah mempunyai cawangan di setiap daerah di Mesir. Ikhwan menubuhkan banyak sekolah, masjid dan kilang. Beliau menerbitkan akhbar harian di Kaherah yang diberi nama “al-Ikhwan al-Muslimoon” yang membolehkan beliau berdakwah dengan lebih meluas, berbanding dengan syarahan. Selepas 1938, Ikhwan mula menampakkan luarannya yang bercorak politik. Ikhwan menggesa ke arah dunia Islam yang sejati dan menolak Barat dan sekular. Ikhwanul Muslimin melihat pemikiran sebeginilah yang merosakkan asas masyarakat Islam di era moden, dan menganjurkan kembali kepada Islam sebagai penyelesaian kepada masalah dan penyakit masyarakat Islam.

Pada akhir perang dunia kedua, Ikhwan telah mempunyai 500 000 ahli yang aktif dan lebih kurang 2 kali ganda penyokong (ada sumber yang mengatakan 3 juta). Aktiviti Ikhwan mula melampaui sempadan antarabangsa. Ikhwan turut berkembang dengan pesat di Jordan, Syria, Palestin, Lubnan dan Afrika Utara. Pada awal 1950-an, cawangan Ikhwan telah ditubuhkan di Syria, Sudan dan Jordan. Antara 1942-45, al-Banna banyak melawat Jordan bagi mengembangkan sayap Ikhwan di sana. Lebih daripada 2000 cawangan ditubuhkan secara keseluruhannya dan 50 di Sudan. Kemudian, pengaruh Ikhwan telah dirasai di merata tempat di dunia, di Teluk dan negara bukan Arab seperti Iran, Pakistan, Indonesia dan Malaysia.Dalam usia yang begitu muda, al-Banna telah muncul sebagai pemimpin besar, selaku Mursyidul Am Ikhwan yang pertama. Antara yang berada di bawah pimpinannya ialah tokoh-tokoh hebat seperti Syaikh Muhibbudin Al–Khatib (seorang ahli hadis dan tokoh Jamaah Ansharus Sunnah), Syaikh Amien Al-Husaini (Mufti Palestin), Syaikh Dr Mustafa As-Siba’i (ahli hukum, intelektual dan tokoh pejuang Palestin), Syaikh Muhammad Al-Faraghy (patriot besar yang hanya mahu meninggalkan Iskandariah bila al-Banna yang menyuruhnya, bukannya British dengan segala kekuatan tentaranya).

Pandangan al-Banna terhadap pemisahan antara agama dan politikAl-Banna telah mendapati kebanyakan pemerintah Negara-negara umat Islam telah terpengaruh dengan sistem politik Eropah yang memisahkan agama dari politik dan pemerintahan. Beliau berpendapat ini merupakan satu bahaya kesilapan yang amat besar kerana para pemerintah dan ahli-ahli politik telah membuang cita rasa Islam dan pandangan Islam dari jiwa-jiwa mereka berdasarkan kepada ideologi ciptaan barat telah menimbulkan bibit-bibit kehinaan dan kemusnahan umat Islam. Islam adalah syumul yang merangkumi semua aspek kehidupan manusia.

Al-Banna menegaskan seseorang Islam tidak akan sempurna keIslamannya melainkan ia mempunyai kesedaran tentang politik Islam untuk urusan umat Islam. Pembatasan dan pemisahan ini tidak diakui oleh Islam. Realiti menyatakan tiada kebaikan pada agama yang tiada politik di dalamnya dan tiada kebaikan pada politik yang tiada agama di dalamnya, sebaliknya kata beliau ia adalah politik kafir yang ditolak oleh Islam. Akibatnya umat Islam hidup tidak akan aman, nyawa, harta benda dan kehormatan mereka tidak akan selamat..

Pegangan politik al-Banna

Islam berdiri di atas siasah kehidupan manusia dan mentadbir urusan-urusan mereka. Sesiapa yang menidakkannya telah menzalimi dirinya sendiri dan menzalimi ilmunya tentang Islam. Imam al-Ghazali berkata, :” ketahuilah syariat adalah asas dan pemimpin adalah pengawal. Sesuatu yang tidak ada asas baginya akan runtuh dan sesuatu yang tidak pengawalnya maka ia akan hilang “.

Sebenarnya politik adalah sebahagian dari Islam. Ia bukanlah sesuatu yang jijik seperti mana yang digambarkan oleh pemimpin-pemimpin umat Islam yang jahil tentang politik atau Islam itu sendiri. Ia bergantung kepada ahli politik dan agenda yang dibawanya. Jika ahli politik itu atau organisasi politik berpolitik tidak mengikut al-Quran dan al-Hadith ia adalah kotor dan jijik, tetapi apabila ia mengikut al-Quran, al-Hadith, Ijmak dan ulama, maka ia adalah sesuatu yang mulia dan bersih.Menurut pandangan al-Banna kerajaan-kerajaan yang tidak melaksanakan hukum-hukum Allah SWT adalah menjadi kewajipan kepada orang-orang Islam untuk menjatuhkannya dan menamatkan pemerintahannya. Perlaksanaan hukum-hukum syarak merupakan satu ketetapan ‘ azimah agama Islam ‘. Tidak melaksanakannya merupakan satu jenayah dan kita terpaksa bekerja keras membebaskan tangan-tangan yang tidak mahu melaksanakan hukum-hukum syarak. Adalah berdosa mengikut pendapat al-Banna sekiranya kita tidak bangun berjuang mendaulatkan hukum Islam yang luhur dari tangan orang-orang yang tidak beragama [ maksudnya : tidak tunduk dan tidak melaksanakan hukum-hukum Islam yang luhur ].

Jelas di sini bahawa konsep pemisahan antara Islam dalam politik bukanlah berasalkan dari Islam sebaliknya ia diimport dari barat [ malah demokrasi itu sendiri bukan dari sistem Islam ] yang senantiasa menjajah umat Islam melalui agen-agen mereka. Dasar Islam ini sudah tentu tidak direstui oleh barat dan kuncu-kuncunya yang ada di Negara-negara umat Islam sekarang ini. Lantaran itu jika kita memperjuangkan isu ini, maka kita akan digelar dan dilabelkan sebagai ekstrem, militan terroris dan pelbagai lagi istilah yang sudah menjadi lumrah kepada pejuang-pejuang Islam di abad ini.

Al-Banna juga menyatakan ketua Negara mempunyai tanggungjawab yang berat untuk ditunaikan. Adalah menjadi hak rakyat untuk menghitungnya jika ia lalai di dalam melaksanakan tanggungjawab tersebut. Pemerintah adalah diibaratkan sebagai orang gaji atau buruh bagi rakyat berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, : “ Setiap kamu ialah penggembala dan setiap kamu akan ditanya mengenai gembalaannya“. Pemerintah adalah hamba rakyat. Rakyat mesti patuh dan memberi taat setia tanpa belah bagi, sesiapa yang berani menyoal pemimpin akan dihukum seberat-beratnya. Jadi semua rakyat telah menjadi beruk mak nyah.

Sekiranya pemimpin itu melakukan perkara-perkara yang baik, maka ia berhak mendapat ganjarannya, jika tidak ia akan menerima akibatnya. Apabila ketua Negara melaksanakan tanggungjawabnya dengan penuh amanah, maka ia kekal menjadi ketua Negara yang mesti dibantu dan ditaati, tetapi jika ia lalai di dalam menjalankan tanggungjawabnya, maka menjadi satu kewajipan kepada umat berhak untuk menyingkirkannya dan mewakilkan kepada orang lain pula sebagai gantinya.

Al-Banna memainkan peranan yang penting dalam politik Mesir. Sikap anti penjajah British tersemat dalam jiwanya semenjak ia kecil lagi. Beliau telah mengetuai beberapa episode demonstrasi dan mogok menentang penjajah dan kerajaan Mesir ketika itu. Pengaruhnya semakin berkembang di seluruh Mesir dan beliau mempunyai pengikut-pengikut yang ramai dari pelbagai lapisan masyarakat.

Peningkatan yang mendadak ini mula menarik perhatian British dan anak didik mereka, iaitu ahli-ahli politik Mesir ketika itu. Mereka mendesak al-Banna untuk tidak meneruskan gerakannya, namun beliau tetap pada kedudukannya. Bahkan Richard Michael, agen CIA di Kedutaan AS di Kaherah, Mesir nampak ketakutan ketika Sirah Nabawiyah yang diajarkan al-Banna telah membangkitkan semangat perjuangan generasi muda Muslim.

Al-Banna mula dikhianati oleh pemerintah-pemerintah Arab pada masa itu. Ini disebabkan mereka bimbang sekiranya Ikhwan mendapat kemenangan, pengaruh dan sokongan terhadap Ikhwan pasti akan bertambah dan sukar untuk disekat. Untuk itu, Raja Farouk telah memenjarakan ramai ahli-ahli Ikhwan. Perdana Menteri Mesir ketika itu, Noqrashi Pasha telah mengharamkan Ikhwan.

Tidak lama kemudian, Perdana Menteri Mesir itu telah dibunuh dan kejadian itu dikaitkan pula dengan Ikhwan. Beberapa bulan berikutnya, segala aset Ikhwan telah dirampas dan beribu-ribu pemuda-pemudi Ikhwan telah ditangkap dan dipenjarakan.

Pada 1948, al-Banna secara lantang mengatakan bahawa kerajaan Mesir bertanggungjawab di atas kelemahan dan kekalahan tentera Arab dalam Perang Palestin I melawan Yahudi. Akhirnya, al-Banna telah diusir ke bahagian utara Mesir pada tahun 1948.

Syahidnya seorang pejuang

Akhirnya, satu komplot telah dirancang oleh kerajaan Mesir dan British dan dilaksanakan oleh anjing-anjing mereka untuk membunuh al-Banna. Pada 12 Februari 1949, pada hari yang cerah di sebuah pasar di Kaherah, al-Banna telah ditembak oleh agen kerajaan di hadapan bangunan Persatuan Pemuda Islam. Selepas itu beliau dibawa ke hospital, beliau telah dibiarkan terlantar di atas lantai dengan darah yang masih mengalir tanpa adanya bantuan dari sesiapa pun untuk menyelamatkan beliau. Dua jam selepas beliau ditembak, beliau meninggal dunia menuju Ilahi. Tiada seorang pun telah dibawa ke muka pengadilan di atas kejadian tersebut.

Jenazahnya di bawa dengan sebuah kereta yang diiringi oleh beberapa buah kereta polis pada tengah malam 12 Februari 1949 menuju ke jalan al-Hilmiyyah di Bandar Kaherah ke rumah kediaman al-Banna. Rombongan itu berhenti lalu menghamburkan sebilangan anggota-anggota tentera bersenjata mengambil tempat bagi mengepung jalan tersebut. Kawalan ketat dikenakan di sekitar rumah sederhana itu. Sebarisan anggota tentera yang lain secara tergesa-gesa mengusung jasad al-Banna menuju ke rumah tersebut. Mereka mengetuk pintu dan seorang tua berusia lebih daripada 90 tahun iaitu ayahanda al-Banna sendiri membuka pintu, mereka membawa jenazah al-Banna masuk dan memastikan tiada orang lain dalam rumah itu. Taklimat keras diberikan kepada orang tua itu bahawa tiada suara yang boleh dikumandangkan, tiada sebarang ucapan takziah yang boleh dihulurkan, bahkan tiada seorang pun dibenarkan bagi membantu menguruskan jenazah tersebut. Hanya ayah al-Banna dan ahli keluarga terdekat sahaja dibenarkan. Tepat jam 9.00 esok, pengebumian hendaklah disempurnakan.

Pada keesokan harinya tepat jam 9.00 pagi para anggota polis tiba tepat masanya. Bapanya yang tua itu diarah mengusung jenazah al-Banna. Bapanya dan bersama-sama dengan beberapa orang ahli keluarga terdekat [ isterinya, bapa yang tua dan anak perempuannya ] mengusung jenazah al-Banna menuju ke tanah perkuburan sambil diiringi oleh anggota pasukan polis. Sesiapa yang berani berjalan mengiringi jenazah al-Banna akan ditangkap. Jenazah tiba di masjid untuk disembahyangkan. Namun masjid itu kosong. Tiada kedapatan seorang pun di situ. Lalu si bapa menyembahyangkan jenazah tersebut, sementara saf di belakang terdiri daripada ahli keluarganya dari kalangan wanita. Akhirnya mereka menurunkan jenazahnya ke dalam liang lahad. Setelah selesai, semua mereka pulang ke rumah dengan kawalan yang amat ketat sekali.Inilah suasana pengebumian jenazah al-Syahid Hasan Al-Banna. Ramai jiran yang ditangkap hanya kerana sepatah perkataan mengucapkan takziah. Kepungan bukan sahaja berlaku di rumahnya malah berlaku di tanah perkuburan kerana bimbang orang ramai dan pengikut-pengikutnya akan datang membuat haru-hara atau mengeluarkan semula mayat itu untuk mendedahkan peristiwa yang memalukan itu. Bahkan para anggota pasukan polis terdapat di merata-rata tempat hingga ke dalam masjid dan mengeluarkan perintah agar masjid dikunci sebaik sahaja selesai menunaikan sembahyang kerana bimbang terhadap tindak balas dari orang ramai.

Dalam pada itu, pada masa yang sama King Farouk yang berada di sebuah hotel mewah di Amerika telah menangguhkan sambutan hari lahirnya pada 11 Februari kepada 12 Februari [ hari yang mana al-Banna ditembak ] bagi merayakan kematian as-Syahid Hasan al-Banna. Al-Banna hanya berusia 43 tahun pada ketika itu. Anak perempuan bongsunya juga dilahirkan pada hari yang sama. Ibunya telah menamakannya ‘Ishtisyhad’ iaitu kesyahidan (martyrdom).

Allah SWT adalah sebaik-baik perancang. Allah SWT tidak membiarkan perjuangan al-Banna berkubur begitu sahaja lantaran umur dunianya yang begitu singkat. Benih-benih Islam dan kader-kader pejuang hasil tarbiyyah al-Banna tanpa penat lelah telah meneruskan perjuangan al-Banna. Al-Banna sendiri lebih suka “mengumpul orang daripada mengumpulkan maklumat ke dalam buku”, dan dengan itu beliau telah membina organisasi Ikhwan dan menyediakan panduan-panduan bagi membolehkan Ikhwan tetap hidup, walaupun tanpa kehadirannya. Hanya sedikit penulisan-penulisan yang dihasilkannya kerana kebanyakan masanya dihabiskan untuk pentarbiyyahan. Antara bukunya yang terpenting ialah “Warkah Kepada Pelajar Muslim”, di mana al-Banna menerangkan konsep Gerakan Islam yang sebenar.

Sumber kekuatan dan sikap al-Banna

Antara sumber kekuatan al-Banna ialah semangat untuk berdakwah yang luar biasa, yakin dan puas dengan berdakwah, memberikan dedikasi tertinggi dalam dakwah dengan segala kemampuan dan instrumen yang dimiliki. Semua ini merupakan syarat pokok dan karakter fundamental bagi da’i dan pemimpin. Di tangan mereka inilah Allah mengalirkan kebaikan yang sangat banyak.

Kedua, pengaruh yang sangat dalam terhadap sahabat dan murid-muridnya, serta kejayaan yang cemerlang dalam tarbiyyah dan kaderisasi. Beliau pembangun generasi, pentarbiyah bangsa, pemangku madrasah yang sarat dengan ilmiah, fikriyah dan khuluqiyah. Beliau menjadi simbol dan karakter yang senantiasa hidup, bila dan di mana pun kadernya berada.Ketiga, hubungan yang rapat dengan Allah SWT.

Terdapat satu kisah yang diceritakan oleh Umar at-Tilmisani pengikut al-Banna yang akhirnya menjadi Mursyidul Am Ketiga Ikhwanul Muslimun. “Pada waktu itu kami sedang melakukan pertemuan di luar kota. Selesai kerja-kerja tersebut kira-kira pukul 12 malam. Kami semua sangat lelah kerana semangat dan kesungguhan kami dalam kerja. Kebetulan kami mendapat bilik yang sama (al-Banna dan Umar at-Tilmissani satu bilik). Saya sudah sangat penat sekali, dan ingin terus tidur, agar esok tidak terlambat bangun solat subuh. Kami berbaring di tempat tidur masing-masing. Tidak beberapa lama beliau memanggilku, “Umar, sudah tidur ?”. Aku jawab, “Labbaika, belum Mursyid.”. Beliau tidak berkata apa-apa lagi. Tak beberapa lama kemudian, beliau bertanya lagi hal yang sama, “Umar, kamu sudah tidur ?”. Aku jawab, “Labbaika, belum Mursyid”.

Aku dalam hati bertanya-tanya mengapa beliau melakukan hal ini. Lama beliau terdiam, tiba-tiba beliau memanggil lagi. Karena aku sudah sangat penat, akhirnya aku tidak menjawab, biar disangka beliau aku sudah tidur lelap. Aku sudah sangat penat sekali. Mengira aku sudah tidur, tiba-tiba beliau bangun perlahan-lahan, berjalan sambil memegang kasutnya, menuju bilik mandi. Di dalam bilik mandi kudengar beliau dengan sangat hati-hati berwudhu’, agar percikan airnya jangan sampai membangunkanku. Kemudian kulihat beliau mengambil tempat di sudut bilik, menghadap kiblat, dan beliau pun solat malam (qiyamullail) beberapa rakaat. Subhanallah. Begitulah ajaran beliau yang sangat melekat di hatiku.”.

Keempat, mengelakkan masalah khilafiyyah yang hanya menyeret kepada perpecahan. Sebagaimana diceritakan sendiri oleh al-Banna, “Pada suatu malam saya merasakan adanya suatu semangat yang aneh di dada peserta pengajian, iaitu semangat perpecahan. Saya menyaksikan bahawa para peserta pengajian telah mulai berkelompok dengan sesamanya, sehinggakan dalam mengambil tempat pun sendiri-sendiri. Belum sempat pengajian bermula, tiba-tiba saya dikejutkan dengan sebuah pertanyaan, saya bertanya kepada mereka, “Siapa di antara kalian yang bermazhab Hanafi, ke mari!” Salah seorang dari mereka maju. Saya bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang bermazhab Syafi’i?” Salah seorang dari mereka maju. Saya katakan kepada mereka, “Saya akan solat sebagai imam bagi kedua akhi kita ini. Apa yang akan engkau lakukan tatkala saya sedang membaca al-Fatihah, wahai akhi yang bermazhab Hanafi ?” “Saya akan diam saja dan tidak membaca apa-apa!” jawabnya. “Akhi yang bermazhab Syafi’i, apa yang engkau lakukan?” tanyaku. Ia menjawab, “Saya tetap harus membaca al-Fatihah!” Saya bertanya lagi, “Jika kita telah selesai menunaikan solat, bagaimana pendapatmu, wahai akhi yang bermazhab Syafi’i, tentang shalat saudaramu yang bermazhab Hanafi ini?” Ia menjawab, “Solatnya batal, karena tidak membaca al-Fatihah, karena al-Fatihah merupakan salah satu rukun solat!”Saya lantas bertanya kepada yang lain, “Lalu bagaimana pendapatmu, wahai akhi yang bermazhab Hanafi, tentang solat saudaramu yang bermazhab Syafi’i ini?” Ia menjawab, “Ia telah melakukan tindakan makruh yang bersifat haram (makruh tahrim)!” Saya bertanya lagi, “Apakah salah seorang dari kalian berdua mengingkari yang lain?” Keduanya menjawab, “Tidak!” Saya bertanya pula kepada hadirin, “Apakah kalian semua mengingkari salah satu dari kedua akhi kalian ini?” Mereka menjawab, “Tidak!” Maka saya pun berkata, “Aduhai, Maha Suci Allah. Kalian lebih baik diam dan memaklumi permasalahan seperti ini, daripada mempertikaikan sah atau batalnya solat dalam tasyahudnya mengucapkan: Allahumma shalli ‘ala Muhammad atau Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad, atau perlunya menggerak-gerakkan jari semasa tasyahud, dan kalian jadikan hal ini sebagai perselisihan yang tak kunjung habis.”

Penutup

Berpandukan kepada Gerakan Ikhwanul Muslimin inilah munculnya Gerakan-Gerakan Islam yang lain di setiap watan (negara) Islam di seluruh dunia. Antaranya ialah Jami’at E Islami (Pakistan – diasaskan oleh Sayyid Abul A’la al-Maududi), Parti Refah (Turki – diasaskan oleh Najmuddin Erbakan, telah pun diharamkan dan beliau telah dipenjarakan. Parti AK yang memerintah Turki pada hari ini, yang diketuai oleh Recep Tayyip Erdogan, ialah hasil tarbiyyah Najmuddin), FIS – Front Islamique du Salut (Algeria – memenangi pilihan raya pada 1990, namun dijatuhkan oleh kuasa tentera, beribu-ribu ahli dibunuh dan dipenjarakan), HAMAS - Harakah Muqawwamah Islamiah (Palestin) dan Gerakan-Gerakan Islam lain yang diasaskan berdasarkan ideologi Ikhwan.

Gerakan-gerakan ini bergerak serentak di seluruh dunia, mendepani cabaran mengikut keadaan dan suasana di watan masing-masing, namun mempunyai wihdatul fikr dan wihdatul amal yang satu. Muktamar di peringkat antarabangsa sering diadakan dan Gerakan-gerakan Islam kini bergerak untuk menegakkan khilafah dan membebaskan bumi Islam dari musuh kuffar dan juga yang bertopengkan Islam.Sejarah kehidupan dan semangat perjuangan beliau yang kental ini saya garapkan dari banyak sumber [ buku-buku dan majalah ] untuk dijadikan sebagai pedoman kepada pejuang-pejuang agama Allah untuk menegakkan Islam sebagai Ad-Din dalam semua aspek kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Perlu diingat kepada pejuang-pejuang ini, anda semua setiap detik dan waktu senantiasa berada dalam keadaan berisiko tinggi dari pemerintah.

Anda bila-bila masa sahaja akan ditangkap dan dituduh mengancam keselamatan Negara, walaupun tiada bukti hanya syak wasangka sahaja. Anda dan keluarga anda akan menderita sepanjang ketiadaan anda di sisi keluarga yang disayangi. Ini adalah lumrah perjuangan seperti mana yang ditempuhi semua Nabi-nabi dan Rasul-rasul pilihan Allah.Di Malaysia ini kita dihambat dengan pelbagai cara dan kaedah untuk mengelak risalah yang benar ini sampai kepada pengetahuan umat. Apabila umat berpegang kepada al-Quran dan al-Hadith sebagai panduan hidup. Tidak sesiapa pun yang boleh mengubah peraturan ini. Bersabarlah menunggu tibanya saat itu. Di samping itu kita mesti bekerja keras untuk berdakwah dan berdoa kepada Allah semoga kita beroleh kejayaan. Kejayaan ini terletak ditangani kita sendiri. Bagaimana kita mengurus untuk mencapai kejayaan tersebut mestilah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Peganglah kata-kata al-Banna, menyeru orang ramai membuat kebaikan dan membantu membentuk generasi beragama. Katanya, kalau kita tidak berjaya, kita tidak ada apa-apa, kita telah tunaikan kewajipan terhadap Allah dan RasulNya. Islam sebagai pokok yang rendang berbuah lebat menjadi tarikan orang ramai. Bagaikan pokok semakin dicantas, dipukul dan ditindas semakin menjadi banyak berbuku dan beruas di sana sini yang boleh memperkuat dan memperteguhkannya lagi, berbanding pokok yang naik tegak tanpa ada sekatan dan halangan.

Sabda Nabi Muhammad SAW, : “ Yang paling banyak menerima ujian ialah para Nabi-nabi dan Rasul-rasul, kemudian orang-orang yang berjuang seperti mana yang dilakukan oleh Nabi-nabi. Seseorang itu diuji mengikut kekuatan iman yang ada pada dirinya “.

Dipetik dari http://saffinee2005.blogspot.com/

Merendahlah


Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang;

Berkilau di pandang orang,

Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi;
Janganlah seperti asap,

Yang mengangkat diri tinggi di langit,

Padahal dirinya rendah-hina.

(Almarhum KH Rahmat Abdullah)

Monday, October 09, 2006

Kekasih

Akan ku pintal buih-buih,
Menjadi tali mengikatmu.
Akan ku anyam gelombang-gelombang,
Menjadi hamparan ranjang tidurmu.
Akan ku tenun awan gemawan,
Menjadi selendang, Menudungi rambut mu.
Akan ku jahit bayu gunung,
Menjadi baju pakaian malam mu.
Akan ku petik bintang timur,
Menjadi kerongsang menyinari dada mu.
Akan ku jolok bulan gerhana,
Menjadi lampu menyuluhi rindu,
Akan ku rebahkan matahari,
Menjadi laut malam mu.
Menghirup sakar madumu,

Kekasih... Hitunglah mimpi,
Yang membunuh realiti, dari syurga ilusi...

(untuk isteri yang setia mendampingi, aku mencintaimu)



Sunday, October 08, 2006

Mencari kekayaan.....

p/s : artikel ini ditulis ketika saya menjalani latihan industri di Gebeng. Seorang ikhwah yang sama sama praktikal di Gebeng telah ditanya dengan persoalan "adakah mencari kekayaan termasuk di dalam bertuhankan hawa nafsu" semasa beliau menjalankan ta'alim hariannya. Berikut adalah beberapa hasil perbincangan saya dengannya, dengan merujuk beberapa buku, insyaAllah, moga2 bermanfaat:

Mencari kekayaan atau pun mencari rezeki di bumi Allah tidaklah dianggap sebagai bertuhankan hawa nafsu. Bahkan mencari kekayaaan adalah suatu yang dikehendaki di dalam Islam pada masa kini.

“Tidak ada dosa atas kamu untuk mencari rezeki dari tuhanmu”
(Al Baqarah 2:198)

“…..bekerjalah kamu hai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba hamba Ku yang berterima kasih”
(Saba 34:13)

Bahkan di dalam doa doa Rasulullah saw, baginda banyak meminta utk dijauhi kemiskinan dan mendapat kekayaan.

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu petunjuk, ketaqwaan, kesucian diri dan kekayaan”
(Riwayat oleh Muslim,Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud)

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kemiskinan, kekufuran, kefasikan, perpecahan dan kemunafiqan”
(Riwayat Hakim dan Baihaqi dalam ad Du’a dari Anas)

Rasulullah saw pernah bersabda pada Sa’ad.

“Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bertaqwa, kaya, dan tidak menonjolkan dirinya”
(Riwayat Ahmad, Muslim dari Saad bin Abi Waqqash)

Dan menurut Prof Dr Yusuf Al Qardawi orang yang kaya disertai syukur adalah lebih utama dibandingkan dengan orang miskin yang sabar. Ini disebabkan oleh, amat sedikit orang yang kaya itu bersyukur.
(Al Qardawi, Fiqh Keutamaan)

“…..bekerjalah kamu hai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba hamba Ku yang berterima kasih”
(Saba 34:13)

Adapun demikian, perlu diingatkan semula bahawa sesungguhnya segala amal bergantung pada niatnya.

“Sesungguhnya setiap amal itu dengan niat”
(Riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar)

Mencari kekayaan adalah semata mata untuk mendekatkan diri pada Allah, sebagai tanda ‘ubudiyah padaNya dan dengan kekayaan itu mereka menyeru pada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.

“Maka mengapa tidak ada dari umat umat yang sebelum kamu orang orang
yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orangorang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang
mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orangorang yang berdosa. “
(Hud 11:116)

Andaikata menjadi Perdana Menteri atau Engineer atau apa sahaja, maka tanggungjawab amal makruf nahi mungkar lagi besar buat mereka kerana mereka adalah orang orang yang diberikan keutamaan oleh Allah swt.

Dan amatlah menyeleweng kefahaman orang yang memaksudkan zuhud sebagai menjadi orang yang tidak berusaha, hanya duduk di masjid atau pun hanya berserah rezekinya pada Allah tanpa berbuat sesuatu. Ini dapat dilihat pada ketika Umar ra menghalau seorang lelaki yang hanya duduk di masjid dan Umar memerintahkannya untuk berusaha.
(Sila baca Salah Faham Terhadap Islam, bab zuhud, Al Qardawi)

Tetapi hendaklah dipastikan usahanya mencari kekayaan tidaklah memalingkannya dari mengingati Allah swt dan menjadikannya seorang hamba yang sombong.

“Laki laki yang berniaga dan dalam jual belinya itu tidak melupakan mereka dari mengingati Allah dan menegakkan solat serta mengeluarkan zakat”
(an Nur 24:37)

Oleh kerana itu, orang mukmin dalam pandangan Al Quran bukan berumah tangga di masjid, bukan pula seperti pendeta yang mendiami gereja tetapi orang mukmin ialah manusia yang bekerja.
(Al Qardawi, Halal dan Haram Dalam Islam)

Sesungguhnya orang yang bertuhankan hawa nafsunya adalah apabila harta kekayaan lebih mereka cintai dari Allah,RasulNya dan dari jihad di jalanNya. Kehidupan dunia lebih mereka utamakan dari kehidupan akhirat.

“Katakanlah: "Jika bapak bapak, anak anak, saudara saudara, istri istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang orang fasik.”
(At Taubah 9:24)

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya)”
(An Naziat 79:37-39)


“ Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya
Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna
dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orangorang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka
usahakan di dunia dan sia sialah apa yang telah mereka kerjakan?”
(Hud 11:15-16)

Dari Kaab bin Malik, Rasulullah saw bersabda; “Dua ekor serigala yang lapar, kemudian dilepaskan di tengah kawanan kambing, kerosakan yang ditimbulkannya tidak separah kerosakan yang menimpa keagamaan seseorang akibat ketamakannya dalam mencari kekayaan dan kehormatan.”
(Riwayat Ahmad, Hasan Shahih menurut Tirmidzi)

Hadanallahu Wa Iyyakum Ajma’in. Wallahu a’lam bis Shawab.

Saturday, October 07, 2006

Penyatuan Kerja Gerakan Islam

PENYATUAN GERAK KERJA ISLAM

Mukadimah

“Sesungguhnya umat Islam adalah satu dan Aku Tuhan kamu, maka sembahlah Aku”

(Al Anbiya’ 21:92)

“Berpeganglah kamu pada tali Allah dan janganlah kamu berpecah belah…”

(Ali ‘Imran 3 :103)

“Hendaklah kamu berjemaah dan jauhkanlah dari perpecahan, sesungguhnya syaitan menjauhi jemaah dan mendekati orang perseorangan. Sesiapa yang inginkan syurga, hendaklah menyertai jemaah.”

(Sebahagian dari hadith riwayat Imam Tarmidzi dalam sunannya)

Penyatuan amal Islami sepatutnya adalah merupakan cita cita agung yang diharapkan oleh seluruh umat Islam walau di mana mereka berada terutama di tempat yang berlakunya fitnah perpecahan. Akan tetapi kebanyakan orang Islam menjadi serba salah kerana kini banyaknya Jamaah Islamiyyah yang wujud. Perkara ini mempengaruhi sikap serta cara mereka bertindak mengenai satu satu masalah. Lantaran itu timbullah tindak balas yang berbeza yang disertai dengan semangat fanatik jemaah!

Menurut Dr. Muhammad Abu Al Fath Al Bayanuniy dalam bukunya “Penyatuan Kerja Gerakan Islam :Di Antara Harapan Dan Kenyataan” yang lainnya bermaksud bahawa permasalahan yang dihadapai oleh pemuda masa kini sama dengan permasalahan pemuda pada zaman lampau yang menghadapai masalah perbezaan aliran fiqah dan madzhab. Mereka mempersoalkan mengapa boleh terjadinya banyak madzhab dan aliran fiqah sedangkan agama Islam, Al Quran dan Sunnah Nabi hanya satu?...suasana menjadi lebih buruk lagi bilamana muncul pengikut madzhab yang fanatik lantas mengecam dan menikam orang lain yang bukan dari madzhabnya.

Kesamaran seperti ini masih kekal di dalam fikrah umat Islam dan pendirian mereka sehingga Allah mentakdirkan lahir di kalangan umat ini orang yang mampu menerangkan hakikat perbezaan pandangan ilmiah dahulu atau sekarang serta menerangkan punca punca perselisihan pendapat dan mengelakkan cacian terhadap penganut madzhab lain dengan menyatakan pendirian yang sepatutnya dalam menanggapi masalah perbezaan ini.

Sekiranya timbul beberapa pandangan ilmiah dalam sesuatu masalah agama, ia merupakan masalah atau perkara biasa dan diakui oleh syarak berdasarkan hujah hujah tertentu. Oleh itu wujudnya pelbagai jemaah dalam medan Islam juga merupakan perkara biasa dan diakui oleh syarak, khususnya pada zaman mutakhir ini.

Reality Kewujudan Pelbagai Jemaah dan Faktornya.

Sekiranya dikaji sebab wujudnya pelbagai jemaah Islamiyyah dan memerhati tabiat kemunculannya, nescaya kita akan mendapati bahawa sebilangan besarnya adalah berpunca dari perbezaan manhaj dan cara bekerja para dai’e (pendakwah). Mereka memilih jalan yang difikirkan paling sesuai dan lebih dekat untuk mencapai matlamat , berpandukan nas nas Al quran dan al hadith dan membuat beberapa penyesuaian mengikut keperluan semasa.

Kita meyakini bahawa perbezaan ijtihad yang didasarkan kepada Al quran dan as sunnah samalah seperti perbezaan manhaj para nabi a.s dan syariat mereka dalam setengah perkara walaupun agama mereka agama yang sama. Allah berfirman:

“Katakanlah (wahai Muhammad), sesungguhnya aku telah ditunjukkan oleh tuhanku ke jalan yang lurus, iaitu agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus.”

(Al An’am 6:161)

“Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama kaum yang tidak beriman kepada Allah serta mengkufuri akhirat, dan aku akan mengikuti agama bapa bapaku Ibrahim, Ishak ,Yaakub…”

(Yusuf 12:37-38)

Kepelbagaian manhaj para nabi telah mempengaruhi cara berfikir para pendakwah pada hari ini. Hal ini telah mengajak mereka utk berijtihad berdasarkan pengalaman mereka terhadap Nas al quran dan as sunnah. Ijtihad ini sendiri mungkin menghasilkan natijah atau keputusan yang tepat dan mungkin tidak tepat. Jadi ianya mempunyai ruang untuk perbincangan dan kritikan!! . Bagaimanapun para mujtahid mendapat pahala hasil dari ijtihad mereka.

Perbandingan seperti ini pernah diterangkan oleh Imam Ibn Taymiyah : “Madzhab madzhab ulama’, jalan jalan cendekiawan dan pemimpin pemimpin politik, sekiranya nawaitu kerja mereka untuk mendapatkan keredhaan Allah, adalah sebahagian dari ibadat. Para rasul mendapat pahala dari Allah walaupun syariat mereka berbeza. Ulama juga mendapat pahala dari ijtihad mereka dan ahli ahli politik juga mendapat pahala daripada sebarang keputusan yang dibuat selama mana keputusan itu dilakukan unuk mencapai keredhaan Allah.”

Oleh itu, janganlah kita sesekali mencerca atau menikam orang lain yang mempunyai fikrah atau jemaah yang berlainan.

”Janganlah kamu menganggap diri kamu lebih bersih, Allah lebih mengetahui siapakah di antara kamu yang lebih bertakwa.”

(An Najm 53:32)

“Hai orang2 beriman, janganlah kamu memperolok olokkan kaum yang lain kerana boleh jadi mereka yg di olok olokkan lebih baik dari mereka yang memperolok olokkan…”

(Al Hujurat 49 :11)

Faktor terjadinya perbezaan jemaah Islamiyyah.

1) Terdapat Nas Nas syarak yang sifatnya mengandungi lebih dari satu makna. Pemahaman terhadap nas nas dan sirah Rasulullah serta perjalanan hidup para sahabat berbeza antara seorang dengan yang lain yang akhirnya membawa kepada perbezaaan manhaj dan cara bekerja. Jika kita perhatikan perkara ini kita akan melihat bahawa Sirah Rasulullah dan Khulafa’ Ar Rasyidin memberi ruang yang lebih luas kepada perbincangan dan ijtihad berbanding dengan nas nas hukum syarak.

2) Hilangnya penyatuan politik dunia Islam yang mewakili khilafah Islamiyyah, yang menyatu padukan umat atau dengan kata kata lain hilangnya system khilafah sebagai satu kuasa politik yang bertanggungjawab dalam urusan pemerintahan dan penyelesaian masalah umat.

Dalam menerangkan perkara ini, Prof. Dr. Yusuf al Qardawi ada menyatakan dalam temuramah beliau dengan majalah al Islah yang dikeluarkan di Dubai . Dalam temuramah itu beliau ditanya dengan soalan berikut:

“Prof. semasa kita bercakap tentang kebangkitan Islam , timbulnya satu suasana yang perlu diberi perhatian iaitu masalah kewujudan pelbagai jemaah Islamiyyah yang beroperasi di medan dakwah serta wujudnya perselisihan yang kadang kadang membawa kepada pengasingan antara satu jemaah dengan jemah yang lain. Apa pandangan tuan Prof. tentang perkara ini? Apakah ianya perkembangan yang sihat? Manakah satu pemahaman yang tepat yang seharusnya memimpin jemaah yang ada kini untuk menjadikannya satu tenaga yang padu bagi kebaikan Islam dan umatnya?”

Beliau menjawab, “Kewujudan atau kemunculan jamaah Islamiyyah dengan pelbagai pendekatan pada hari ini adalah satu kemestian, akibat hilangnya satu tanggungjawab terbesar dalam Islam iaitu Khalifah Islamiyyah.

Hari ini konsep baiah dan khalifah telah pun tiada akibat gugurnya Khalifah Islamiyyah. Oleh itu setiap jemaah Islamiyyah perlulah menyelaraskan kegiatan mereka antara satu sama lain.

3) Akibat wujudnya keinginan yang serius di kalangan pendakwah untuk menguasai sebanyak mungkin umat Islam supaya berada atau menyertai gerak kerja mereka. Usaha ini adalah untuk menyelamatkan umat Islam daripada diperalatkan oleh musuh2 umat Islam.

Satu hakikat yang tidak dapat nak dinafikan ialah umat Islam berasal dari pelbagai latar belakang juga dengan pelbagai pandangan dan ijtihad. Oleh sebab keadaan ini, maka amat sukarlah untuk menyatukan mereka dalam satu jemaah atau untuk meletakkan mereka di bawah satu pimpinana shj, terutama setelah hilangnya Jemaah Islamiyyah yang diakui oleh semua orang yang dipimpin oleh Muhammad s.a.w.

Dalam hal ini, Ustaz Abu Al A’la Al Maududi rahimullah, semasa beliau menerangkan perkara yang mendorongnya untuk menubuhkan Jamaat Islami mengatakan, “Saya telah mencuba, serta rakan2 saya yang sealiran selama 3 thn untuk menyatukan jamaah yang ada pada ketika itu supaya berada di bawah satu peraturan dan perancangan yang hampir memenuhi seluruh kehendak agama. Dukacita dinyatakan bahawa percubaan kami tidak berjaya. Tidak ada pilihan bagi kami selain dari mengumpulkan mereka dan menubuhkan Jamaat Islami. Hal ini berlaku pada tahun 1941 masihi. Faktor seperti inilah yang menyebabkan wujudnya pelbagai Jemaah Islamiyyah. Dan kenyataan seperti inilah memperkuatkan hujah bahawa kepelbagaian jamaah pada hari ini adalah merupakan satu keperluan semasa yang tidak dapat dielakkan.

Sikap sikap yang perlu ada dalam menanggapi hal ini.

1) Semua kumpulan dakwah hendaklah menerima konsep kepelbagaian jamaah Islamiyyah dan mengiktiraf jemaah lain sebagai satu jemaah dan bekerjasama dalam membanteras golongan yang melakukan kerosakan.

2) Menghormati di antara satu sama lain dan menjauhkan prasangka2 buruk terhadap golongan yang lain. Apalagi menuduh mereka dengan tuduhan yang liar yang menggambarkan kecetakan ilmu orang yang menuduh.

“Sangkaan yang baik itu adalah sebahagian daripada kesempurnaan ibadah”

(Riwayat Abu Dawud)

“Wahai orang yang beriman, hendaklah kamu menjauhi kebanyakan sangkaan itu, kerana setengah sangkaan itu adalah berdosa”

(Al Hujurat 49:12)

3) Setiap jamaah hendaklah mengiktiraf kelebihan serta kebaikan jemaah yang lain dan menghargai sumbangannya walaupun sedikit. Sesungguhnya orang yang mempunyai kelebihan shj akan mengakui kelebihan yang lain.

4) Membebaskan dari ashabiyah kepartian yang keterlaluan sehingga melahirkan kebencian dengan jemaah yang lain. Setiap kumpulan juga tidak seharusnya mendakwa bahawa kumpulannya lebih baik drpd yg lain dengan alasan mereka lebih lengkap, lebih tua dan lebih ramai jumlahnya.

”Janganlah kamu menganggap diri kamu lebih bersih, Allah lebih mengetahui siapakah di antara kamu yang lebih bertakwa.”

(An Najm 53:32)

5) Bekerjasama dalam hal hal yang disepakati dan bertolak ansur dalam hal2 yang diperselisihkan selagi terdapat keharusan ijtihad dalam masalah itu. Dalam konteks ini, Prof Dr Yusuf Al Qardawi menyebut “Kami mengetahui kaedah mahsyur ini yang telah dikemukakan oleh Syeikh Rasyid Rida dan diungkapkan oleh Hassan Al Banna iaitu, kita hendaklah bekerjasama dalam perkara perkara yang disepakati dan bertolak ansur dalam hal hal yang diperselisihkan.”

Dipetik dari terjemahan kitab “Penyatuan Kerja Gerakan Islam;Di Antara Kenyataan Dan Harapan oleh Dr Muhammad Abu Al Fath Al Bayanuniy.